Minggu, 11 Januari 2009

Arah Pembangunan Pertanian


Pembangunan Pertanian Menyelamatkan
Kesejahteraan Petani dan Masyarakat Desa
(Sebuah Tantangan Besar)

Oleh: Prof. Drs. Mr.A'An Naroh, S.st
Alamat email and wabsite :
bystrekermraanmedancity@gmail.com
streker_s@yahoo.co.id
http://www.friendster.com/bystrekermraanmedancity
http://www.streker_s.frendsdiplay.com
http://www.bystrekermraanmedancity.blogspot.com
http://www.bystrekermraanjogjacity.blogspot.com
hp. 085292369440

I.Pendahuluan

Pembangunan pertanian adalah salah satu masalah yang sampai saat sekarang ini belum dapat teratasi karena rendahnya tingkat pendidikan petani. Dengan demikian harapan semua masyarakat beserta pemerintah agar pembangunan pertanian dapat berubah menjadi lebih baik juga dapat mensejahterakan pelaku-pelaku pertanian terutama keluarga tani. Pembangunan pertanian di Indonesia dimulai pada tahun 1960-an, sebagai pilihan kondisi saat itu dimana kita kekurangan pangan akibat situasi ekonomi politik yang tidak menguntungkan dan ledakan penduduk yang luar biasa., yang dipikirkan saat itu adalah bagaimana menekan jumlah penduduk dan mencukupi kebutuhan pangan secara nasional. Pembangunan pertanian saat itu dibangun dengan mengadopsi model yang sedang berkembang di berbagai belahan dunia, dimana model pertanian harus dirubah secara total. Pertanian tradisional dianggap tidak layak lagi karena yang dibutuhkan adalah ketersediaan pangan dalam jumlah besar dan cepat. kebutuhan pangan ini muncul seiring dengan banyaknya perusahaan multinasional yang mendirikan pabrik pestisida dan pupuk kimia, serta benih-benih hibrida baik yang diproduksi perusahaan maupun dari pusat-pusat penelitian internasional (misalnya IRRI). Di samping itu ada tawaran hutang dari lembaga-lembaga keuangan internasional seperti Bank Dunia (World Bank), IMF, dll.

II.Perubahan Ekonomi

Sejak saat itulah terjadi perubahan besar-besaran di tingkat petani dan lingkungannya, dimana saat itu petani yang tidak pernah menggunakan benih hibrida, pupuk kimia dan pestisida, dipaksa menggunakannya. Lahan yang biasa diolah dengan menggunakan ternak, dipaksa diolah dengan traktor dan mesin lainnya. Waduk-waduk dibangun untuk mencukupi kebutuhan air sepanjang tahun. Infrastruktur desa seperti jalan, pasar, KUD juga dibangun untuk mempermudah penjualan produk pertanian mereka serta dalam rangka penyaluran kredit.
Dampaknya tentu sangat luar biasa, baik dampak dari segi social dan segi ekonomi. Ketersediaan pangan terutama beras melimpah, bahkan tahun 1987 Indonesia dinyatakan berswasembada beras. Pola makanan pokok masyarakat Indonesia beralih ke beras. Penggunaan bahan-bahan atau pun barang-barang dari luar yang merupakan produk pabrikan ternyata merusak struktur tanah, lingkungan tercemar, polusi air bahkan beragam mikroba tanah musnah. Penggunaan alat mekanisasi pertanian menyebabkan akses ekonomi perempuan hilang. Pembangunan waduk menggusur tanah-tanah milik rakyat, dsb.
Dampak utama pembangunan pertanian konvensional yang berjalan hampir 40 tahun ini adalah terpuruknya kehidupan petani. Petani yang diandalkan sebagai aktor utama penyangga ketersediaan pangan nasional, ternyata tingkat kesejahteraan ekonominya tidak lebih baik. Angkatan kerja muda pertanian hilang karena banyak di antara mereka pindah (urbanisasi) ke kota, beralih profesi menjadi buruh pabrik atau bangunan, pembantu rumah tangga, hingga menjadi pekerja migran ke luar negeri. Tidak ada generasi muda yang mau (bercita-cita) menjadi petani.

III.Perubahan Sosial

Kerusakan-kerusakan struktur tanah, polusi air, pencemaran lingkungan akibat penggunaan pupuk dan pestisida buatan pabrik menghasilkan produk-produk pertaniannya mengandung racun. Kesehatan manusia (konsumen) terancam. Berbagai penyakit yang diderita masyarakat sebagai akibat penggunaan pupuk dan pestisida pabrik adalah munculnya penyakit-penyakit baru yang dulu tidak ada, misalnya kanker, bayi lahir mati (infant mortality) atau lahir cacat, dan lain sebagainya. Kenyataan ini memicu kesadaran orang untuk mencari alternatif pangan yang lebih sehat. Pertanian lestari menjadi pilihan utama dan muncul sebagai gerakan pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) pada awal 1990-an.
Munculnya gerakan ini semula dipelopori oleh para pecinta lingkungan yang khawatir terjadi kerusakan alam secara terus menerus akibat penggunaan bahan-bahan kimia, juga punahnya berbagai keanekaragaman hayati dimuka bumi. Gerakan ini mendorong perubahan dalam praktek-praktek usaha tani. Penggunaan bahan-bahan kimia (pupuk dan pestisida) dikurangi, kembali ke cara-cara tradisional yang menghargai potensi lokal, menempatkan petani sebagai subyek pertanian, mengelola usaha tani sesuai dengan budaya dan lingkungan setempat, serta mengupayakan perdagangan yang adil (fair trade). Upaya-upaya perubahan pola pertanian ini sangat bergantung pada kepentingan petani, apakah secara pelan atau secara total. Pendekatan perubahan ini banyak ragamnya, tergantung pada fokus pembelajarannya. Gerakan perubahan pola pertanian yang selaras alam dan lestari banyak dimotori oleh penggiat LSM Lingkungan, Peneliti dan Akademisi, juga oleh petani sendiri. Beragamnya pola pendekatan dan strategi yang dikembangkan menjadikan gerakan ini sangat populer. Banyak donor yang ikut mendukung terwujudnya gerakan ini.
Pendekatan dan strategi yang dikembangkan dalam model pertanian berkelanjutan ini dilakukan dengan cara mendorong tumbuhnya sumber-sumber pendapatan keluarga petani di pedesaan tanpa harus merubah budaya kehidupan yang sudah dikenalnya sejak lahir yakni pertanian. Strategi yang banyak dikembangkan mencakup 2 hal yakni on farm (di lahan pertanian) dan off farm (di luar lahan pertanian). Model on farm yang dikembangkan tidak harus kembali pada model tradisi-onal yang sudah ada sejak dulu, namun perlu disesuaikan dengan situasi lingkungan yang sudah berubah, juga kebutuhan (pangan dan ekonomi) yang semakin besar. Kedua model ini memadukan beragam cara agar petani mempunyai kesempatan memperoleh pendapatan dari berbagai sumber (diversifikasi usaha).
Model pertanian berkelanjutan ini juga muncul sebagai upaya untuk menjawab berbagai persoalan yang ditimbulkan sebagai dampak Revolusi Hijau. Re-volusi hijau memang diciptakan untuk mengantisipasi kekurangan pangan di seluruh dunia yang terjadi pada sekitar tahun 1960-an, karena ledakan jumlah penduduk, kemiskinan dan kelaparan di berbagai negara akibat perang.
Revolusi hijau dimodali oleh korporasi international (TNC/MNC) di bidang pertanian dan berhasil menangguk keuntungan yang luar biasa besar. Mereka menanamkan modal besar untuk mendorong munculnya pusat penelitian tanaman pangan di berbagai negara, mengambil benih lokal petani untuk dijadikan benih baru dan kemudian dipatenkan. Untuk menanam benih baru supaya menghasilkan panen yang optimal, harus menggunakan pupuk dan pestisida. Gen (benih) yang digunakan untuk menghasilkan varietas tanaman baru memang dipilih yang bersifat rakus pupuk dan pestisida. Pemilik pabrik benih, pupuk dan pestisida adalah perusahaan yang sama. Tercatat di tahun 2000, ada 6 perusahaan kimia pertanian terbesar yaitu Sygenta, Monsanto, Dupont, Aventis, BASF dan Down Chemical Co mampu mengeruk keuntungan lebih dari US $ 20.422 juta dari penjualan bahan kimia pertanian, dan US $ 4.836 juta dari benih dan pangan transgenik. Bahkan perusahaan tersebut akan terus mengeruk keuntungan dari petani dan masyarakat dengan janji bahwa pertanian dengan tehnologi tinggi akan memberikan hasil panen yang lebih tinggi serta berkualitas, tahan serangan hama penyakit, dan mampu menghasilkan produksi tinggi. Revolusi hijau selalu dipakai sebagai alat promosi keamanan pangan dan kesejahteraan petani hingga saat ini.
Prinsip pengelolaan pertanian berkelanjutan adalah multikultur, menghargai keanekaragaman hayati, menghargai kearifan lokal, memanfaatkan bahan-bahan lokal, tidak bergantung bahan luar, tidak mengekploitasi alam serta sesuai budaya dan pilihan serta kemampuan petani. Prinsip-prinsip tersebut menumbuhkan beragam model pertanian berkelanjutan di berbagai belahan dunia. Petani kecil yang seringkali mempunyai keterbatasan dalam mengakses sarana dan prasarana produksi pertanian, melalui pertanian lestari mempunyai peluang yang luas dalam memba-ngun usaha pertaniannya. Kepercayaan petani kembali tumbuh karena bisa membuat keputusan sendiri terhadap usaha taninya serta mampu membuat benih pupuk dan pestisida sendiri, mempunyai organisasi serta jaringan antar petani.



Pelatihan

KONTRIBUSI STRATEJIK MSDM BAGI KEBERHASILAN ORGANISASI

Oleh: Naroh
Praktik MSDM dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Khususnya dengan cara dimana kontribusi dilakukan, termasuk:
Mengembangkan kontrak psikologis yang positif
Meningkatkan kontribusi dan komitmen.
Meningkatkan keterampilan karyawan dan memperluas dasar keterampilan.
Memberikan karyawan tanggung jawab yang diperluas sehingga dapat memanfaatkan kemempuan dan keterampilan mereka secara penuh.
Mengemukakan peluang karier serta menetapkan permintaan akan kompetisi.
Melembagakan proses manajemen kiinerja dan pengembangan yang berkelanjutan.
Menggunakan manajemen imbalan untuk menyampaikan pesan mengenai apa yang dipercaya organiasasi sebagai hal yang peting
Mengembangkan strategi hubungan karyawan yang memberikan preferensi kepada karyawan.

KONTRIBUSI UNTUK NILAI TAMBAH
Fungsi MSDM memberikan kontribusi untuk menciptakan nilai tambah dengan memastikan bahwa tersedia karyawan dengan kompetensi dan dan tingkat motivasi yang diperlukan dan dengan membantu menciptakan suatu budaya dan linkungan yang merangsan kinerja yang berkualitas. Suatu pendekatan nilai tambah untuk SDM akan diarahkan secara pasti guna memperbaiki motivasi, komitmen, keterampilan, kinerja dan kontribusi karyawan.

Mendapatkan Nilai Tambah 
Terdapat empat fungsi SDM yang dapat menambah nilai.
1.Memfasilitasi perubahan dan dengan mengusulkan strategi serta program untuk mngembangkan suatu kualitas yang lebih pasti.
2.Membuat suatu kontribusi yang spesifik dalam bidang perencanaan sumberdaya manusia, penyumberdayaan, pelatihan dan pengembangan, manajemen kinerja, imbalan dan hubungan karyawan.
3.Memastikan bahwa inisiatif SDM apapun dalam bidang pelatihan dan pengembangan yang diperlakukan seperti investasi yang akan memberikan nilai atas uang.
4.Menyampaikan pelayanan SDM yang efektif biaya, yaitu memberikan nilai atas uang.


KONTRIBUSI UNTUK KEUNGGULAN KOMPETITIF
Menurut Porter tiga dari factor yang terpenting adalah inovasi, kualitas dan kepemimpinan biaya. Salah satu kunci untuk keunggulan kompetitif adalah kemampua untuk membedakan apa yang dipasok oleh bisnis kepada pelanggannya dari yang dipasok oleh pesaing.
Keunggulan kompetitif diperoleh dengan mengembangkan kompetensi dasar dalam tenaga kerja melalui pelayanan tradisional dan mengatasi secara efektif masalah makro seperti budaya korporasi, pengembangan manajemen dan organaisasi.

DAMPAK MSDM PADA KINERJA BISNIS
Hasil proyek penelitian utama mengenai MSDM dan kinerja organiasi disimpulkan dibawah ini:
Menurut Arthur (1990, 1992, 1994) 
strategi kotrol mendorong kesepakatan karyawan, melalui peraturan dan prosedur, sedikit partspasi karyawan, sedikit pelaihan umum, upaya yang rendah dan suatu bagian yang besar bagi karyawan pada skema bonus. Dalam strategi komitmen, fokusnya adalah: pada pembentukan perilaku karyawan dengan menciptakan hubungan psikologis antara sasaran organiasasi dan karyawan, partisipasi karyawan dalam jumlah sedang, pelatihan umum dalam jumlah sedang, upah yang tinggi, dan lebih sedikit karyawan dari pada skema bonus atau insentif.
Huselid (1995)
Secara umum dia menemukan bahwa parusahaan ditingkat praktik kerja kinerja tingginya, hasilnya adalah pengurangan pergantian karyawan secara signifikan dan peningkatan dalam produktifitas dan hasil secara signifikan. Tiga hipotesa yang dia uji adalah hilangnya pergantian karyawan, produktivitas yang meningkat dan kinerja yang finansial korporasi.
Variable dependennya adalah nilai tahunan rata-rata dari pergantian tenaga kerja; penjualan per-karyawan, dan kinerja keuangan korporasi seperti diukur oleh keuntungan ekonomis. 
Backer, Huselid, Pickus dan Spartt (1997)
Para penulis ini menyimpulkan dari sejumlah proyek penelitian megenai hubungan antara SDM dan kinerja perusahaan yang dilaksanakan atau terkait dengan SDM. Fokusnya adalah dampak stratejikterhadap nilai pemegang saham dari high-performance work system (HPWS) (system kerja kinerja tinggi).
Patterson, West, Lawthom dan Nikel (1997)

Hasil telah diekspresikan dalam pengertian variasi persentase dalam kinerja yang diakibatkan oleh suatu factor tertentu, yaitu:
Kepuasan jabatan dijelaskan oleh 5 % dari variaasi antara perusahaan dalam perubahan profitabilitas dan 16 % dari variasi dalam produktifitas.
Budaya organisasi dijelaskan oleh 10 % dari variasi dalam profitabilitas dan 29 % dari variasi dalam produktifitas.
Praktik manajemen sumber daya manusia dijelaskan oleh 19 % dari variasi dalam profitabilitas dan 18 % dari variasi dalam produksi.

PERAN STRATEJIK DARI FUNGSI SDM
FILOSOFI
Filosofi dari CIBA seperti yang didiskripsikan oleh Morton (1999) adalah:
Perbaikan kwalitas yang tergantung pada karyawan berkwalitas tinggi.
Retensi staf adalah penting untuk mendukung pertumbuhan.
Keseimbangan motivasi dan pengurangan biaya memerlukan pertimbangan yang jelas mengenai strategi imbalan yang memiliki dampak maksimal.
Teknologi SDM baru dapat digunakan untuk menghasilkan efisiensi proses dan biaya control.
Spesialis SDM akan menjadi orang yang ahli dalam suatu tim konsultan internal dari pada anggota hierarki gaya lama.

SPESIALIS SDM SEBAGAI REKANAN STRATEJIK
Urich (1998) mengemukakan bahwa pandangan ekskutif SDM harus: mendorong dan memandu diskusi yang serius mengenai bagaimana perusahaan seharusnya harus diorganisasikan untuk melaksanakan stratejik.
Jawaban yang harus didapat untuk enam pertanyaan yaitu:
1.Pola piker bersama 
2.Kompetensi 
3.Konsekuensi
4.Pengaturan 
5.Kapasitas
6.Kepemimpinan

SDM SEBAGAI SEORANG REKANAN BISNIS
Empat peran SDM sebagai rekan bisnis seperti telah didefinisikan oleh morton (1999) yaitu:
1.Rekan stratejik ----mengelola sumberdaya manusia stratejik.
2.Agen perubahan --- mengelola transformasi dan perubahan.
3.Ahli administrator ---- mengelola infrastruktur perusahaan.
4.pejuang karyawan --- mengelola kon tribusi karyawan.

PERAN – PERAN UTAMA
1.Peran ahli strategi
Ahli strategi SDM bertujuan untuk mencapai integrasi dan kesesuaian stratejik.
2.Peran rekan bisnis
Praktisi SDM dalam peran mereka sebagai rekanan bisnis tahu akan strategi bisnis dan peluang serta ancaman yang dihadapi organisasi.
3.Peran inovator
Pendekatan stratejik untuk MSDM berarti spesialis SDM akan ingin melakukan inovasi untuk memperkenalkan proses baru dan prosedur yang mereka percaya akan meningkatkan keefektifan organisasi. 
4.Peran menejer perusahaan
Organisasi secara berhasil mengelola perubahan adalah organisasi yang telah mengintegrasikan kebijakan manajemen sumberdaya dengan strategi dan proses perubahan stratejik. 

KECAKAPAN SDM
Tiga kompetensi staf SDM yang harus dimiliki jika mereka ingin untuk berfungsi sebagai rekan bisnis stratejik adalah:
1.Paengetahuan mengenai bisnis
Kapabilitas stratejik
Kapabilitas financial
Kapabilitas teknologi
2.Pengetahuan mengenai praktik SDM 
Penyusunan staf
Pengembangan
Penilaian
Imbalan
Desain organisasi
Komunikasi
3.Manajemen perubahan.
Pengetahuan akan proses perubahan
Keterampialan sebagai agen perubahan
Kemampuanuntuk menghasilkan perubahan

PERAN STRATEJIK DIREKTUR SDM
Direktur SDM memiliki peran utama dalam MSDM stratejik, terutama mereka seperti yang seharusnya berada pada dewan direksi. Direktur sdm yang kemungkinan besar akan memainkan peran stratejik secara penuh sebagai rekan bisnis, yang kemungkinan akan:
Merupakan bagian sangat besar dari tim manajemen puncak
Dilibatkan dalam perencanaan bisnis dan integrasi rencana sumberdaya manusia dengan rencana bisnis.
Ditempatkan dengan baik untuk memberikan pengaruh dalam pengoraganisasian.
Cakapan secara professional dalam teknik SDM.
Dimasukan dalam penyumberdayaan pada tingkat puncak dan senior sehingga berada dalam posisi yang kuat untuk memperbaiki keefektifan organisasi.
Mengetahui kebutuhan untuk mengembangkan visi mengenai apa yang harus dilakukan oleh funsi SDM.
Sebagai orang yang memberi izin dan fasilitator.
Pada dasarnya merupakan ahli pragmatis yang tahu mengenai teori MSDM.
Hebat pada penetapan dan pencapaian hal yang dapat didistribusikan.


Insektarium

Oleh: Naroh

Nama Latin : Oryctes rhinoceros

Nama Daerah : Kumbang Badak
Ordo : Coleoptera
Lokasi : Lahan STPP
Penemu : Ragil Aji Subarkah

Nama Latin : Oryctes rhinoceros
Nama Daerah : Kumbang Badak
Ordo : Coleoptera
Lokasi : Lahan STPP
Penemu : Naroh

Nama Latin : Oryctes rhinoceros
Nama Daerah : Kumbang Badak
Ordo : Coleoptera
Lokasi : Lahan STPP
Penemu : Murtiningsih

Nama Latin : Valanga Nigricornis
Nama Daerah : Belalang
Ordo : Orthroptera
Lokasi : Lahan STPP
Penemu : Karewi Betasano

Nama Latin : Apis mellifera
Nama Daerah : Lebah Penyerbu Bunga
Ordo : Hymenoptera
Lokasi : Lahan STPP
Penemu : Tri priono

Nama Latin : Hylaeus modestus Say
Nama Daerah : Tawon
Ordo : Hymenoptera
Lokasi : Lahan STPP
Penemu : Naroh

Nama latin : Apis mellifera
Nama Daerah : Lebah Penyerbu Bunga
Ordo : Hymenoptera
Lokasi : Lahan STPP
Penemu : Tri Priono

Nama Latin : Ofelia fultoni
Nama Daerah : Lalat
Ordo : Diptera
Lokasi : Lahan STPP
Penemu : Fathur Rohman
Nama Latin : Dytiscus verticalis
Nama Daerah : Kumbang Ijo
Ordo :Coleoptera
Lokasi : Lahan STPP
Penemu : Musliadi 

Nama Latin : Geomyzaprinus goffi
Nama Daerah : Kumbang Penarik
Ordo : Coleptera
Lokasi : Lahan STPP
Penemu : Achmad Yusup

Nama Latin : Sandalus pertophya
Nama Daerah : Kumbang Cedar
Ordo : Coleoptera
Lokasi : Kebumen
Penemu : Murtiningsih

Nama Latin : Periplaneta americana 
Nama Daerah : Kecoak
Ordo : Orthroptera
Lokasi : Asrama 
Penemu : Naroh 


Puisi

Oleh: Naroh/Mr.Aan

RINTIHAN HATI

Sejauh mata memandang
Sedekat telinga mendengar
Setahun sudah ku merantau
Demi mencari ilmu dan pengalaman
Waktu yang terus berlalu
Seperti tiada rasa dan kasa
Hidup yang jauh dari keluarga
Bagaikan hidup tanpa cinta
Hati kecil sering berkata
“Apa guna engkau kuliah, kalau engkau tak bekerja jua”
Tiiga tahun belum terlewati
Hati ini gelisah dan sedih
Akan melewati hidup yang susah
Dan menanti datangnya wisudah








BANGSAKU

Negriku….
Negri yang makmur lagi subur
Bangsaku…
Bangsa Indonesia
Hai…putra pertiwi
Sadarkah engkau apa yang engkau lihat
Apa yang engkau dengar
Rintihan orang-orang yang susah
Tangisan anak-anak yang kehilangan ibU / bapaknya
Tidakkah engkau berpikir
Apa yang mereka rasa
Kita yang susah ini masih ada yang lebih susah
Kita senang ini masih ada yang lebih senang
Hai….putra pertiwi
Hanya eangkaulah yang dapat merubah nasip mereka
Bantulah mereka…..
Dan didiklah mereka……..
Demi negri dan bangsa ini.



ALAM

Matahari yang terbit dipagi hari
Embun menetes dari dedaunan 
Angin bertiup menggoyangkan pohon
Percikan air ditepi sungai
Terdengar kicauan suara burung
Terlihat gunung yang indah
Waktu yang terus berlalu
Dikala petang telah datang
Saatnya matahari Akan terbenam
Akan berakhirnya siang
Akan timbulnya malam
Inilah hidup….
Siang berganti malam
Malam berganti siang
Begitulah seterusnya
Dan seterusnya…….






INSAN

Hati yang terluka
Cinta yang membara
Kau tak tahu isi hatiku
Bila mana hati ini berkata
Aku menyayangimu
Hidup hanyalah sekali
Tapi hidup punya arti
Kamana entah kamana
Tangisan isi hati ini
Menanyakan hidup seperti ini
Bulan yang bersinar
Bintang yang terang
Tapi cintaku tak perna menyatu
Hai pujangga
Mengapa engkau buatku begini
Hati adalah jiwa
Jiwa adalah hati
Arti semua ini punya makna dan tanya
Kemana harus ku bawah
Deruta hati yang terluka


KEHANCURAN

Hidup punya arti
Hanya hidup yang membuatku begini
Cinta yang lama kucari
Terhampar tiada arti
Bintang bersinar air mengalir
Ibarat hidup yang berjalan tiada henti
Cinta memang indah
Cinta membawa asmara
Cintalah yang membuatku sensara
Cintalah yang memisahkan diriku dengan dirinya
Tuhan……
Mana yang lebih baik untukku
Mana yang dapat menghiburku
Hanya diam yang ku bawa
Sedih yang ku rasa
Gelisa yang tak berhenti jua






HAMPARAN HATI

Mata yang indah
Seindah permata
Jauh ku memandang
Terasa ia disampingku
Dengar ku mendengar
Suara rintihan hati ini
Hidup yang tak ingin jauh darinya
Hari demi hari
Tapi ia tak mau mengerti
Bulan terus berlalu
Cinta ku tetutup dan terhapus sendirinya
Ya, ALLAH……
Persatukanlah hamba dengannya
Jadikanlah hamba pendampingnya
Seperti engkau jadikan bulan dan bintang
Seperti engkau jadikan awan dan alam
Tapi……..
Diri ini merasa
Seakan-akan jauh darinya
Seolah-olah akan terpisah denganya



Kandungan Pada Buah

Oleh: Naroh
Berbagai jenis asam yang terdapat pada buah-buahan diantaranya adalah sebagai berikut:
A.APEL Mengandung asam oksalik.
B.BELEWAH Kandungan beta-karoten, pro-vitamin A, magnesium, mangan, seng dan krom.
C.JERUK Sari buah jeruk yang banyak mengandung vitamin 
D.NANAS Enzim bromealin.
E.KELENGKENG Buah ini banyak mengandung sukrosa, glukosa, protein, lemak, asam tartaric, vitamin A dan B. 
F.LECI Selain kandungan protein, lemak, vitamin C, fosfor, dan zat besi, buah leci mengandung sukrosa dan glukosa yang melimpah. 
G.KELAPA Air kelapa mengandung sukrosa, fruktosa, dan glukosa, sedangkan dagingnya selain tiga hal di atas juga mengandung protein, lemak, vitamin dan tentunya minyak kelapa. 
H.AVOKAD ( ALPUKAT ) Avokad kaya akan asam amino dan vitamin.
I.ALMOND Dapat menghaluskan kulit kasar karena banyak mengandung mineral, vitamin A dan B, dan asam oleat. 
J.TOMAT Mengandung protein, fosfor,besi, belerang, vitamin A, B1, dan C. 
K.ANGGUR Kaya akan trace mineral, kalsium, magnesiaum, potassum, vitamin B1, B2, b3, B5, B6, C dan senyawa-senyawa flavonoid. 
L.LEMON Mengandung vitamin A, C, B1, B2, dan B3. 
M.PISANG Mengandung serotinin, pektin, tanin, noradrenalin, 5 hidroksitritamin, dopamin dan berbagai vitamin, seperti vitamin A, B kompleks dan C. 
N.STRAWBERRY, buah berwarna merah ini banyak mengandung asam salisilat yang merupakan salah satu jenis asam beta-hidkroksi yang membantu mengencangkan kulit, silica serta vitamin B, C, E dan K dengan mengandung zat tersebut maka mampu menyehatkan dan meremajakan kulit hingga masker strobery sangat baik dikenal untuk hampir semua jenis kulit.
O.ANGGUR Sangat kaya akan trace mineral, kalsium, magnesium, potassium, vitamin B1, B2, B3, B5, B6, C dan senyawa-senyawa Flavonoid.
P.DAUN PAPAYA mengandung enzim papain. Alkaloid, psudokarpaina, glikosid, karposid dan saponin, sakarosa, dekctrosa serta levulosa. Sedang buahnya mengandung karotena, pectin, dgalaktosa dan I-arabinosa, papain, papaya, timin papain, dan fitokinase. Biji papaya mengandung glucoside, cacirin dan karpain, sementara getahnya mengandung papain, kemokapain, lisosim, lipase, glutamine, dan sklotransferase.
Q.TOMAT mengandung protein, fosfor, besi, belerang,vitamin A, B1, C. 
R.SIRIH Mengandung chavicol dan betlephenol.
S.JERUK NIPIS Mengandung unsur-unsur senyawa kimia antara lain limonene, linalin asetat, geranil asetat, fellandren, sitral dan asam sitrat.


Manajemen Pelatihan Pertanian

Oleh: Naroh
A.Pengertian Manajemen Pelatihan 
Secara alamiah orang akan berkembang bersama dengan dunia yang digelutinya, tetapi sering kali pertumbuhan perusahaan atau organisasi menuntut orang berkembang lebih cepat. Sinkronisasi pertumbuhan organisasi dengan perkembangan petugas tidak lain adalah pengisian kesenjangan pengetahuan, keterampilan dan sikap seseorang untuk memenuhi tuntutan jabatan tertentu. Jadi pelatihan adalah proses pengisian kesenjangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap seseorang dengan tuntutan pekerjaannya. Manajemen pelatihan adalah pengelolaan pelatihan yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasinya. 

B.Kegiatan-kegiatan Manajemen Pelatihan 
Kegiatan-kegiatan dalam manajemen pelatihan meliputi: menetapkan sasaran, perencanaan, pelaksanaan, pengecekan/pengawasan dan pengembangan diklat. Perencanaan adalah menentukan kebutuhan latihan berikut rekomendasinya. Menyusun pola dan program latihan sesuai rekomendasi berikut metode dan sarana latihan. Pelaksanaan adalah menyelenggarakan dan melaksanakan latihan. Pengecekan/pengawasan adalah menilai hasil-hasil dari pelaksanaan latihan yang telah dilakukan serta mengetahui apa-apa yang masih perlu disempurnakan. Penelitian dan pengembangan adalah meneliti dan mengembangkan cara-cara latihan sesuai dengan perkembangan ilmu dan pengalaman agar tercapai produktivitas kerja. 

C.Tujuan, Fungsi, Komponen, dan Pendekatan Kurikulum 
Pada dasarnya kurikulum diklat sama dengan kurikulum pendidikan di sekolah, yaitu merupakan kumpulan pengalaman dan gagasan yang ditata dalam bentuk kegiatan sebagai proses pembelajaran sedemikian rupa, sehingga pengalaman dan gagasan itu terjalin, disajikan dengan menggunakan metode dan media yang disesuaikan dengan kebutuhan, dengan memperhatikan nilai-nilai yang ada. Diklat fungsional menekankan pada peningkatan penguasaan pengetahuan dan atau keterampilan sesuai dengan keahlian masing-masing. Tujuan kurikulum adalah apa yang harus dicapai, yang merupakan pedoman yang harus dikuasai, dan bagaimana cara melakukannya (menerapkannya). 

D.Macam-macam Manajemen Pelatihan 
Berbagai jenis diklat (Pendidikan dan latihan) diselenggarakan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap pegawai/karyawan untuk penyesuaian tugas yang dipangkunya. Jenis-jenisnya antara lain: 
1.Pendidikan dan pelatihan prajabatan. 
2.Pendidikan dan pelatihan dalam jabatan: 
a)Pendidikan dan pelatihan struktural; 
b)Pendidikan dan pelatihan fungsional; 
c)Pendidikan dan pelatihan teknis. 
Pendidikan dan pelatihan dalam jabatan dibagi lagi dalam: 1) on the Job training (pelatihan dalam pekerjaan) dan 2) off the Job training (pelatihan diluar pekerjaan). Terdapat beberapa jenis pelatihan, yaitu: 
1.Kursus Tani: Membekali sasaran dengan pengalaman belajar yang dapat digunakan untuk memecahkan kekurangan, memenuhi kebutuhan yang sudah dirasakan, membekali pengalaman yang berguna bagi pemecahan kekurangan atau pemenuhan kebutuhan di masa mendatang yang mungkin belum dirasakan. 
2.Magang: merupakan bentuk pelatihan/proses belajar dari seorang atau beberapa orang yang dibimbing oleh orang yang lebih berpengalaman. Bagi petani, magang ke petani lain atau perusahaan agribisnis akan memberikan pengalaman baru yang sangat baik, yang dapat memotivasinya untuk berusahatani yang berorientasi agribisnis, lebih baik dan lebih meng-untungkan. 
3.Sekolah Lapangan: adalah sekolah yang berada di lapangan, mempunyai peserta dan pemandu lapangan, juga mempunyai kurikulum, tes/ujian dan sertifikat tanda lulus. Contoh sekolah lapangan adalah Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT), dengan asas-asasnya: a) sawah sebagai sarana belajar utama, b) cara belajar lewat pengalaman, c) pengkajian agrosistem, d) metode serta bahan yang praktis dan tepat guna, e) kurikulum berdasarkan keterampilan yang dibutuhkan. 
4.P4S (Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya): adalah lembaga pendidikan di bidang pertanian dan pedesaan yang dimiliki dan dikelola langsung oleh petani-nelayan baik secara perorangan maupun berkelompok, dan bukan merupakan instansi pemerintah dengan asas demokrasi, swadaya, pengembangan usaha, dan keterpaduan. 

E.Merumuskan Tujuan Manajemen Pelatihan 
Tujuan belajar dalam suatu latihan merupakan tujuan latihan dalam bentuk kemampuan peserta pada akhir latihan. Dalam proses belajar-mengajar, latihan belajar disebut Tujuan Instruksional Khusus (TIK). TIK yang disusun secara baik akan dapat memberikan manfaat yaitu: 
1.Memberikan arah latihan yang jelas, sehingga memudahkan menentukan cara untuk mencapainya. 
2.Memungkinkan para pelatih saling membantu secara aktif dan memungkinkan peserta menyiapkan diri lebih baik serta turut bertanggung jawab dalam pencapaian tujuan.
3.Memungkinkan komunikasi yang lebih lancar dan lebih efisien antara pelatih, peserta latihan, dan panitia. 
4.Dapat menghindari pelayanan atau materi latihan yang tumpang tindih. 
5.Dapat memungkinkan peserta latihan belajar lebih efisien, karena mereka dapat mengkonsentrasikan diri pada tujuan yang pasti dan dapat menghemat waktu dengan tidak perlu lagi melakukan yang sudah dikuasainya. 
6.Mendudukkan pelatih dalam pelaksanaannya yang tepat sebagai pendidik dan pembina, Ia buka hanya sekedar penerus informasi, melainkan pembimbing dan pemberi fasilitas belajar. 
TIK suatu latihan hendaknya mengacu kepada kemampuan peserta pada akhir latihan, mudah diamati dan terukur. Perumusan TIK harus jelas, menggunakan kata kerja yang sifatnya operasional dengan melibatkan paling tidak 3 (tiga) komponen, yaitu penilaian yang dikehendaki (P, K, dan S), materi yang dibahas dan kondisi. Selain itu TIK harus menempatkan peserta latihan sebagai pokok kalimat. 

F.Langkah-langkah Penyelenggaraan Manajemen Pelatihan 
Langkah awal yaitu persiapan latihan yang mencakup baik dibidang surat menyurat, kepesertaan, jadwal, pembiayaan, dan sebagainya (persiapan administratif). Selain itu yang penting juga adalah persiapan edukatif (proses pelatihan) yang mencakup hal-hal seperti pelatih, jadwal kuliah & praktek dan acara pembukaan, penutupan, penugasan, evaluasi, dan sebagainya. Pelaksanaan latihan dimulai dengan perubahan dimana panitia/petugas perlu mempersiapkan acara yang perlu disusun, fasilitas pertemuan dan undangan. Sesudah acara pembukaan dapat dilanjutkan dengan acara seperti penjelasan tentang proses pelatihan, hal dan tanggung jawab/kewajiban peserta dan tes awal (pretest). Pelaksanaan latihan mengacu kepada kurikulum dan silabi, proses pembelajaran yang spesifik pola pelatihan serta jam kuliah & praktek yang direncanakan. Kekurangan yang muncul selama proses pelatihan perlu diidentifikasi dan segera dicari solusi pemecahannya baik menyangkut kepesertaan, jadwal latihan, fasilitas, dan sebagainya. Sebelum dilakukan acara penutupan, pelatih perlu diakhiri dengan evaluasi akhir (post test) untuk mengukur keberhasilan pelatihan. Surat Tanda Tamat Pelatihan perlu diserahkan pada acara penutupan tersebut. 

G.Kekurangan dan Masalah Dalam Manajemen Pelatihan Serta Alternatif Pemecahannya.
Dalam suatu pelatihan dapat dijumpai masalah-masalah yang berkaitan dengan teknis penyelenggaraan latihan, masalah ekonomi yang berkaitan dengan aspek finansial (pembiayaan) pelatihan dan masalah sosial yakni yang berkaitan dengan hubungan sosial pelaku latihan maupun dengan lingkungan masyarakat sekitar. Boleh jadi dalam suatu pelatihan dapat muncul masalah teknis, ekonomi, sosial atau gabungan ketiga unsur tersebut. Masalah-masalah tersebut dapat muncul pada saat menjelang latihan (pralatihan), pada saat latihan maupun sesudah latihan (pascalatihan). 
1.Masalah pralatihan, ditemukan pada saat pemaparan, dapat mencakup jumlah dan keaktifan peserta. Jumlah peserta dapat terlalu banyak atau sedikit. Ketersediaan pelatih yang kurang memenuhi syarat serta masalah jumlah pelatih, dapat juga menjadi masalah dalam pelatihan. 
2.Masalah yang muncul selama proses pelatihan, terutama proses pembelajaran perlu diidentifikasi dan dicari secara cepat agar tidak berakibat terhadap efektivitas latihan. Masalah dalam pelaksanaan latihan terutama jika masa pelatihan cukup lama (1-6 bulan) atau lebih, maka semangat mengikuti latihan akan menurun. Untuk itu semua komponen pelatihan dapat melakukan berbagai variasi pelayanan baik dalam acara pelatihan, materi pelatihan maupun pelayanan proses belajar-mengajar, penjadwalan, acara hiburan, dsb. 
3.Sesudah latihan, perlu ada tindak lanjut. Masalah yang ditemukan sesudah latihan (pascalatihan) umumnya peserta tidak secara cepat memantau dan mau membantu secara kontinu alumni pelatihan dalam meneruskan materi pelatihan kepada rekan-rekan lainnya. 

H.Kelebihan Dalam Manajemen Pelatihan
Kelebihan dalam pelatihan dilihat dengan cara belajar lewat pengalaman atau dikenal juga dengan Siklus Belajar lewat Pengalaman (ELC = Experienced Learning Cycle) banyak diterapkan dalam pelatihan, karena dipandang cocok untuk kondisi kemampuan orang dewasa yang mengalami penurunan. Cara belajar ini dimulai dengan peserta melakukan sesuatu untuk memperoleh pengalaman, mendiskusikan/menulis pengalaman, menggali & mengembangkan prinsip serta melaksanakan & menerapkan prinsip dan kembali ke tahap memperoleh pengalaman kembali.

I.Evaluasi Manajemen Pelatihan
Untuk mengukur efektivitas dan efisiensi suatu pelatihan dapat dilaksanakan evaluasi baik menyangkut proses maupun keberhasilan pelatihan. Keberhasilan suatu pelatihan diukur dengan melihat sampai seberapa jauh tujuan yang dirumuskan sebelumnya dapat terwujud pada diri peserta. Evaluasi ini pada dasarnya mengukur efektivitas suatu latihan. Sedangkan evaluasi terhadap proses pelatihan menyangkut proses pelatihan, penyelenggaraan pelatihan, administrasi dan sebagainya. Proses-proses ini pada dasarnya lebih banyak berkaitan dengan efisiensi suatu pelatihan. Proses evaluasi pada dasarnya mencakup tahapan-tahapan seperti membuat daftar tujuan latihan, membuat daftar isu perencanaan yang kritis, mereview tentang informasi yang tersedia, mengembangkan evaluasi tujuan, memilih pengukuran, instrumen dan standar dan merancang studi. Namun secara garis besar evaluasi mencakup 3 (tiga) tahap yaitu melakukan pengumpulan data, menggunakan kriteria tertentu dan membuat kesimpulan atau keputusan. Jenis evaluasi yang digunakan untuk menilai suatu pelatihan pada dasarnya terdiri atas 2 (dua) model yaitu evaluasi sepintas lalu dan evaluasi yang sifatnya ilmiah (penelitian ilmiah). Namun secara luas jenis evaluasi tersebut mencakup (1) evaluasi sepintas lalu; (2) evaluasi diri sendiri; (3) evaluasi dengan daftar isian; (4) evaluasi dengan survai kegiatan; dan (5) penelitian ilmiah. Semakin ke kanan evaluasi dipandang semakin objektif dan sebaliknya. 
Dalam pelatihan cara evaluasi yang banyak dilakukan adalah dengan tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test). Dengan bentuk dan format soal yang sama, proses evaluasi dilaksanakan sesudah pembukaan latihan dan sebelum penutupan latihan. Namun cara lain dapat saja digunakan, disesuaikan dengan pelatihan yang dilaksanakan.

J.Pemberdayaan SDM Menuju Masyarakat Madani
Ada beberapa alasan penting untuk memberdayakan masyarakat antara lain penduduk yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, sebagian besar penduduk masih berusaha untuk memenuhi kebutuhan dasar, partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang masih rendah, kurang informasi, kondisi masyarakat yang bervariatif dan lembaga masyarakat yang ada belum berfungsi memberdayakan secara tepat. Agar masyarakat dapat lebih berdaya, yakni yang mandiri serta mampu mengambil keputusan mandiri secara tepat, perlu ada usaha-usaha dari pihak-pihak terkait agar tujuan peningkatan sumberdaya masyarakat dapat terwujud. Apalagi dengan program otonomi daerah yang memberi peluang besar bagi aparat untuk mengerahkan sumberdaya yang tersedia. Dengan demikian maka perluh diadakannya pelatihan-pelatihan agar dapat memberikan motivasi kepada masyarakat terutama kepada masyarakat pertanian. 

PUSTAKA
Copyright © 2007 PUSLATA UNIVERSITAS TERBUKA. All rights reserved   
Jl. Cabe Raya, Pondok Cabe 15418 Tangerang, BANTEN – INDONESIA
http:/pustaka.ut.ac.id/


Manajemen Pelatihan

Filosofi Pelatihan. 
Oleh: Naroh

Pada hakekatnya setiap individu maupun kelompok selalu dituntut untuk
belajar dan meningkatkan kemampuannya agar dapat mempertahankan 
hidupnya, karena dengan belajar akan menghasilkan perubahan, yaitu 
didapatnya kemampuan yang baru yang berlaku untuk waktu yang relatif 
lama. Salah satu peningkatan kemampuan ataupun proses belajar antara 
lain melalui kegiatan pelatihan. 
2. Pengertian Pelatihan 
- Menurut Inpres Nomor 15 tahun 1974 tentang Pelaksanaan Keppres 
Nomor 34 tahun 1972: Pelatihan adalah bagian dari pendidikan yang 
menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan 
ketrampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang 
relatif singkat dan metodenya mengutamakan praktek daripada teori”. 
- Berdasarkan Kep. Menkes RI Nomor 725 / Menkes / SK / V / 2003: 
Pelatihan adalah proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan 
kinerja, profesionalisme dan atau menunjang pengembangan karier 
tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya 

Page 5
5
- Menurut H. John Bernadin dan Joyce E.A. Russel, Mc. Grill Hills, 
(1993:297): Pelatihan merupakan beberapa usaha untuk memperbaiki 
performance pegawai di tempat kerjanya atau yang berhubungan 
dengan hal tersebut. Agar efektif pelatihan harus melibatkan 
pengalaman belajar, merupakan rencana organisasi dan dibentuk 
untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan. Jadi pelatihan harus 
dirancang untuk memenuhi tujuan organisasi yang dihubungkan 
dengan tujuan pegawai”. 
- Menurut Bambang Wahyudi, (1994 : 125) : Pendidikan atau belajar 
merupakan perubahan tingkah laku secara relatif permanen, sebagai 
hasil dari pengalaman dan pelatihan yang dilakukannya”. Pemahaman 
tentang teori belajar akan sangat berguna dalam menjamin 
keberhasilan suatu program pelatihan. 
Manajemen Pendidikan Dan Pelatihan (Diklat) 
Setiap kegiatan dibidang pendidikan dan pelatihan pada dasarnya 
adalah usaha-usaha 
untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan 
ketrampilan, agar menghasilkan kinerja yang berhasilguna dan 
berdayaguna. Kegiatan-kegiatan pendidikan dan pelatihan (diklat) 
dilaksanakan sebagai upaya untuk menanggulangi kesenjangan dalam 
pelaksanaan tugas/pekerjaan yang disebabkan karena kekurang mampuan 
manusiawi (humanistic skill), kurangnya kemampuan teknis (technical skill),
atau kurangnya kemampuan manajerial (managerial skill). 
Pendidikan dan pelatihan merupakan suatu proses yang berlangsung 
seumur hidup, sepanjang kegiatan manusia, yang dilakukan secara sadar. 
Proses pendidikan sebagai proses pembelajaran tidak berhenti atau selesai 
setelah tamat sekolah atau pendidikan formal. Setiap yang kita lakukan 
mengandung unsur belajar. Apa yang kita pikirkan dan lakukan dimasa lalu,
apa yang kita pikirkan dan lakukan pada saat ini dan apa yang kita pikirkan 
dan rencanakan untuk masa mendatang, semuanya menunjukkan proses
belajar. Selama ini kita tidak melihat atau menganggap hal itu sebagai suatu 
”pengalaman belajar” atau suatu ”situasi belajar” karena pemahaman kita 
tentang belajar atau proses diklat telah dibatasi dengan pandangan sempit, 
yaitu indentik dengan sekolah atau pelatihan didalam kelas (in the class
room training). 
Pandangan yang benar tentang proses belajar, serta pergeseran 
paradigma diklat, harus menjiwai pengelolaan diklat atau manajemen diklat. 
Dalam pelaksanaannya, sejak awal program diklat harus sudah dirancang 
untuk pemenuhan kebutuhan learner. Hal ini sejalan juga dengan prinsip 
mutu, yaitu orientasi pada pemenuhan kebutuhan pelanggan. 

Page 8
8
B. Pelatihan sebagai suatu proses yang integral. 
Pada dasarnya pelatihan sebagai suatu proses yang integral adalah 
penerapan dari suatu manajemen pelatihan secara utuh dan konprehensif.
Suatu program pelatihan dikatakan bermutu, apabila pada akhir pelatihan 
para mantan peserta latih dapat membawa dampak positif atau mempunyai
nilai tambah bagi organisasi, program dan individu. Selanjutnya untuk dapat
merancang program pelatihan seperti terrsebut diatas diperlukan langkah 
langkah sebagai penjabaran dari manajemen pelatihan/diklat yang 
merupakan kegiatan dari kelima proses manajemen pelatihan atau lebih 
dikenal dengan lima bakso, yang dilakukan secara sistematis, terencana 
dan terarah. Langkah langkah tersebut digambarkan dalam siklus berikut 
ini. 
Langkah 1 : Mengkaji Kebutuhan Pelatihan (Training Need
Assesment / TNA) 
Merupakan langkah awal dari suatu perencanaan pelatihan. Pada 
prinsipnya, proses pengkajian kebutuhan pelatihan adalah melakukan 
pengkajian tentang ada tidaknya kesenjangan dalam penampilan kerja, 
Pengkajian
Kebutuhan
Pelatihan 
Evaluasi 
Program 
Pelatihan 
Perumusan 
Tujuan 
Pelatihan 
Merancang
Program 
Pelatihan 
Pelaksanaan 
Program 
Pelatihan 

Page 9
9
yaitu kesenjangan antara apa yang seharusnya dilakukan merupakan 
ketentuan penampilan kerja (standar), sedangkan apa yang sebenarnya 
dilakukan merupakan tingkat penampilan kerja yang dicapai atau yang 
dimiliki. Perbedaan inilah yang disebut sebagai kesenjangan (gap). 
Namun tidak selalu setiap ada kesenjangan antara standar dan 
penampilan kerja harus diatasi dengan pelatihan. Hal ini sangat
tergantung dari penyebab kesenjangan tersebut. 
Oleh karena itu dalam melakukan TNA, langkah kegiatannya dimulai 
dengan melakukan Analisis Organisasi atau Institusi, yaitu : 
1) Mengindentifikasi masalah organisasi. 
2) Merumuskan masalah 
3) Menentukan penyebab timbulnya masalah, ada 2 (dua) faktor utama : 
a) Penyebab yang diakibatkan oleh faktor kemampuan petugas, dari 
segi pengetahuan, ketrampilan dan atau sikap. Faktor inilah yang 
dapat diintervensi dengan pelatihan, dan menjadi kebutuhan 
pelatihan. 
b) Penyebab yang diakibatkan oleh faktor lain seperti lingkungan,
iklim kerja, sarana, fasilitas dan sebagainya. Faktor penyebab ini 
tidak dapat diintervensi dengan pelatihan, tapi harus menggunakan 
metode pemecahan masalah yang lebih lanjut 
Dengan melakukan TNA sebagai langkah awal dalam manajemen diklat 
secara benar, berarti diklat yang berorientasi pada kebutuhan 
learner/pembelajaran sudah dimulai. 
Langkah 2 : Merumuskan Tujuan Pelatihan (Training Objective) 
Pada langkah kedua ini, diawali dengan merumuskan secara tepat dan 
benar kesenjangan atau gap kinerja yang terjadi, agar menjadi jelas pula 
kemampuan apa yang masih harus ditingkatkan. Dengan demikian, tujuan 
pelatihan yang ingin dicapai akan dapat dirumuskan secara jelas, terukur 
dan dapat dicapai. 

Page 10
10
Tujuan pelatihan dirumuskan dalam bentuk kompetensi yang harus 
dimiliki oleh peserta latih setelah selesai mengikuti program diklat. 
Biasanya dirumuskan dalam Tujuan Umum dan Tujuan Khusus. 
Tujuan Umum : Menggambarkan tentang tujuan yang ingin dicapai pada 
akhir pelatihan. 
Tujuan Khusus : Menguraikan secara lebih spesifik, tujuan yang ingin 
dicapai untuk tercapainya tujuan umum pelatihan. 
Langkah 3 : Proses Merancang Program pelatihan (Training Design) 
Pada langkah ketiga ini, kompetensi yang ingin dicapai sebagaimana 
dirumuskan pada langkah kedua, dijabarkan dalam kegiatan operasional 
yang dapat diukur. Proses pada langkah ketiga ini harus menghasilkan : 
- Kurikulum, yang dirancang atas dasar kompetensi yang harus dicapai 
(Competensy Based) diuraikan dalam : 
o Materi pelatihan 
o Metode Peyampaian dan alat bantu yang diperlukan 
o Proses belajar setiap materi 
o Proporsi waktu. 
- Metode penyelenggaraan pelatihan 
- Rancangan alur proses pelatihan.
Langkah
4 : Melaksanakan Program Pelatihan (Training
Implementation) 
Pada langkah keempat ini, merupakan rangkaian kegiatan pelaksanaan 
program pelatihan, pedoman pada kurikulum, metode penyelenggaraan 
dan rancangan alur proses pelatihan. Apabila pelaksanaan langkah
keempat ini tidak sesuai dengan hasil pada langkah ketiga tersebut, maka 
tujuan pelatihan dalam hal ini kompetensi yang diharapkan, tidak akan 
tercapai. 

Page 11
11
Proses melaksanakan program pelatihan, harus didahului dengan proses
persiapan, sehingga menghasilkan antara lain: 
- Kerangka Acuan 
- Jadwal pelatihan 
- Pelatih yang sesuai dengan kriteria 
- Kelengkapan sarana dan fasilitas diklat maupun penunjangnya 
- Master Training 
- Format format yang dibutuhkan.
Proses pelaksanaan pelatihan, pada prinsipnya adalah, implementasi 
proses pembelajaran, untuk mencapai tujuan pembelajaran, yang pada 
akhirnya untuk mencapai tujuan pelatihan.
Selama proses ini dapat dilakukan kegiatan pemantauan dan 
pengendalian, agar tidak menyimpang dari tujuan yang ingin dicapai serta 
langkah langkah sebelumnya. 
Langkah 5: Melakukan Evaluasi Program Pelatihan (Training 
Evalution) 
Pada langkah kelima ini, merupakan kegiatan penilaian terhadap 
pelaksanaan program pelatihan, meliputi penilaian peserta, pelatih 
penyelenggara, serta pencapaian tujuan pelatihan. 
Sebenarnya evaluasi harus dilakukan pada setiap langkah dari siklus
pelatihan, tidak hanya pada akhir pelatihan. 
Berdasarkan tingkatannya, evaluasi pelatihan dibagi dalam 4 (empat) 
tahap (Kirk Patrick), yaitu : 
- Evaluasi pada tingkat reaksi. 
Pada tingkat ini, yang dinilai/diukur adalah tingkat kepuasan peserta 
terhadap proses dan hasil pelatihan yang diperolehnya. 
- Evaluasi pada tingkat belajar 

Page 12
12
Pada tingkat ini, diukur/dinilai perubahan pengetahuan, ketrampilan 
dan sikap peserta latih sesuai dengan kompetensi yang telah 
ditetapkan. 
- Evaluasi pada tingkat Tingkah Laku dalam pekerjaan (pasca pelatihan) 
Pada tingkat ini, dinilai/diukur seberapa besar pengaruh pelatihan 
terhadap pekerjaan atau penerapan di tempat kerja. 
- Evaluasi pada Tingkat Hasil 
Pada tingkat ini, dapat dinilai pengaruh penerapan hasil pelatihan di 
tempat kerja terhadap efektif organisasi. 
Berdasarkan tahapannya, evaluasi pelatihan dibagi dalam tiga tahap,
yaitu 
- Tahap Pra Pelatihan 
Pada tahap ini penilaian dilakukan terhadap persiapan atau 
perencanaan pelatihan, yang saat ini dikenal sebagai Akreditasi 
Pelatihan. 
Pelatihan meliputi empat komponen, yaitu : 
o Peserta 
o Kurikulum 
o Pelatih 
o Institusi Penyelenggara. 
- Tahap Selama Pelatihan 
Pada tahap ini dilakukan penilaian terhadap input, proses dan output 
selama proses pelatihan sampai akhir pelatihan. 
- Tahap Pasca Pelatihan Pada tahap ini, dilakukan penilaian terhadap 
hasil dan dampak pelatihan. 




Asam Sitrat

Asam sitrat
merupakan asam organik lemah yang ditemukan pada daun dan buah tumbuhan genus Citrus (jeruk-jerukan). Senyawa ini merupakan bahan pengawet yang baik dan alami, selain digunakan sebagai penambah rasa masam pada makanan dan minuman ringan. Dalam biokimia, asam sitrat dikenal sebagai senyawa antara dalam siklus asam sitrat, yang penting dalam metabolisme makhluk hidup, sehingga ditemukan pada hampir semua makhluk hidup. Zat ini juga dapat digunakan sebagai zat pembersih yang ramah lingkungan dan sebagai antioksidan.
Asam sitrat terdapat pada berbagai jenis buah dan sayuran, namun ditemukan pada konsentrasi tinggi, yang dapat mencapai 8% bobot kering, pada jeruk lemon dan limau (misalnya jeruk nipis dan jeruk purut).
Rumus kimia asam sitrat adalah C6H8O7 (strukturnya ditunjukkan pada tabel informasi di sebelah kanan). Struktur asam ini tercermin pada nama IUPAC-nya, asam 2-hidroksi-1,2,3-propanatrikarboksilat.
[sunting] Sifat fisika dan kimia
Sifat-sifat fisis asam sitrat dirangkum pada tabel di sebelah kanan. Keasaman asam sitrat didapatkan dari tiga gugus karboksil COOH yang dapat melepas proton dalam larutan. Jika hal ini terjadi, ion yang dihasilkan adalah ion sitrat. Sitrat sangat baik digunakan dalam larutan penyangga untuk mengendalikan pH larutan. Ion sitrat dapat bereaksi dengan banyak ion logam membentuk garam sitrat. Selain itu, sitrat dapat mengikat ion-ion logam dengan pengkelatan, sehingga digunakan sebagai pengawet dan penghilang kesadahan air (lihat keterangan tentang kegunaan di bawah).
Pada temperatur kamar, asam sitrat berbentuk serbuk kristal berwarna putih. Serbuk kristal tersebut dapat berupa bentuk anhydrous (bebas air), atau bentuk monohidrat yang mengandung satu molekul air untuk setiap molekul asam sitrat. Bentuk anhydrous asam sitrat mengkristal dalam air panas, sedangkan bentuk monohidrat didapatkan dari kristalisasi asam sitrat dalam air dingin. Bentuk monohidrat tersebut dapat diubah menjadi bentuk anhydrous dengan pemanasan di atas 74 °C.
Secara kimia, asam sitrat bersifat seperti asam karboksilat lainnya. Jika dipanaskan di atas 175°C, asam sitrat terurai dengan melepaskan karbon dioksida dan air.
[sunting] Sejarah
Asam sitrat diyakini ditemukan oleh alkimiawan Arab-Yemen (kelahiran Iran) yang hidup pada abad ke-8, Jabir Ibn Hayyan. Pada zaman pertengahan, para ilmuwan Eropa membahas sifat asam sari buah lemon dan limau; hal tersebut tercatat dalam ensiklopedia Speculum Majus (Cermin Agung) dari abad ke-13 yang dikumpulkan oleh Vincent dari Beauvais. Asam sitrat pertama kali diisolasi pada tahun 1784 oleh kimiawan Swedia, Carl Wilhelm Scheele, yang mengkristalkannya dari sari buah lemon. Pembuatan asam sitrat skala industri dimulai pada tahun 1860, terutama mengandalkan produksi jeruk dari Italia.
Pada tahun 1893, C. Wehmer menemukan bahwa kapang Penicillium dapat membentuk asam sitrat dari gula. Namun demikian, pembuatan asam sitrat dengan mikroba secara industri tidaklah nyata sampai Perang Dunia I mengacaukan ekspor jeruk dari Italia. Pada tahun 1917, kimiawan pangan Amerika, James Currie menemukan bahwa galur tertentu kapang Aspergillus niger dapat menghasilkan asam sitrat secara efisien, dan perusahaan kimia Pfizer memulai produksi asam sitrat skala industri dengan cara tersebut dua tahun kemudian.
[sunting] Pembuatan
Dalam proses produksi asam sitrat yang sampai saat ini lazim digunakan, biakan kapang Aspergillus niger diberi sukrosa agar membentuk asam sitrat. Setelah kapang disaring dari larutan yang dihasilkan, asam sitrat diisolasi dengan cara mengendapkannya dengan kalsium hidroksida membentuk garam kalsium sitrat. Asam sitrat di-regenerasi-kan dari kalsium sitrat dengan penambahan asam sulfat.
Cara lain pengisolasian asam sitrat dari hasil fermentasi adalah dengan ekstraksi menggunakan larutan hidrokarbon senyawa basa organik trilaurilamina yang diikuti dengan re-ekstraksi dari larutan organik tersebut dengan air.
[sunting] Kegunaan
Penggunaan utama asam sitrat saat ini adalah sebagai zat pemberi cita rasa dan pengawet makanan dan minuman, terutama minuman ringan. Kode asam sitrat sebagai zat aditif makanan (E number ) adalah E330. Garam sitrat dengan berbagai jenis logam digunakan untuk menyediakan logam tersebut (sebagai bentuk biologis) dalam banyak suplemen makanan. Sifat sitrat sebagai larutan penyangga digunakan sebagai pengendali pH dalam larutan pembersih dalam rumah tangga dan obat-obatan.
Kemampuan asam sitrat untuk meng-kelat logam menjadikannya berguna sebagai bahan sabun dan deterjen. Dengan meng-kelat logam pada air sadah, asam sitrat memungkinkan sabun dan deterjen membentuk busa dan berfungsi dengan baik tanpa penambahan zat penghilang kesadahan. Demikian pula, asam sitrat digunakan untuk memulihkan bahan penukar ion yang digunakan pada alat penghilang kesadahan dengan menghilangkan ion-ion logam yang terakumulasi pada bahan penukar ion tersebut sebagai kompleks sitrat.
Asam sitrat digunakan di dalam industri bioteknologi dan obat-obatan untuk melapisi (passivate) pipa mesin dalam proses kemurnian tinggi sebagai ganti asam nitrat, karena asam nitrat dapat menjadi zat berbahaya setelah digunakan untuk keperluan tersebut, sementara asam sitrat tidak.
Asam sitrat dapat pula ditambahkan pada es krim untuk menjaga terpisahnya gelembung-gelembung lemak.
Dalam resep makanan, asam sitrat dapat digunakan sebagai pengganti sari jeruk.
[sunting] Keamanan
Asam sitrat dikategorikan aman digunakan pada makanan oleh semua badan pengawasan makanan nasional dan internasional utama. Senyawa ini secara alami terdapat pada semua jenis makhluk hidup, dan kelebihan asam sitrat dengan mudah dimetabolisme dan dihilangkan dari tubuh.
Paparan terhadap asam sitrat kering ataupun larutan asam sitrat pekat dapat menyebabkan iritasi kulit dan mata. Pengenaan alat protektif (seperti sarung tangan atau kaca mata pelindung) perlu dilakukan saat menangani bahan-bahan tersebut.
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_sitrat"
Kategori: Biokimia | Asam karboksilat | Bahan kimia rumah tangga

Manajemen Pelatihan

PENGERTIAN MANAJEMEN PELATIHAN 
Oleh: Naroh

Kegiatan Belajar 1
Pengertian Manajemen Pelatihan 
Secara alamiah orang akan berkembang bersama dengan dunia yang digelutinya, tetapi sering kali pertumbuhan perusahaan atau organisasi menuntut orang berkembang lebih cepat. Sinkronisasi pertumbuhan organisasi dengan perkembangan petugas tidak lain adalah pengisian kesenjangan pengetahuan, keterampilan dan sikap seseorang untuk memenuhi tuntutan jabatan tertentu. Jadi pelatihan adalah proses pengisian kesenjangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap seseorang dengan tuntutan pekerjaannya. Manajemen pelatihan adalah pengelolaan pelatihan yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasinya. 
Kegiatan Belajar 2
Kegiatan-kegiatan Manajemen Pelatihan 
Kegiatan-kegiatan dalam manajemen pelatihan meliputi: menetapkan sasaran, perencanaan, pelaksanaan, pengecekan/pengawasan dan pengembangan diklat. Perencanaan adalah menentukan kebutuhan latihan berikut rekomendasinya. Menyusun pola dan program latihan sesuai rekomendasi berikut metode dan sarana latihan. Pelaksanaan adalah menyelenggarakan dan melaksanakan latihan. Pengecekan/pengawasan adalah menilai hasil-hasil dari pelaksanaan latihan yang telah dilakukan serta mengetahui apa-apa yang masih perlu disempurnakan. Penelitian dan pengembangan adalah meneliti dan mengembangkan cara-cara latihan sesuai dengan perkembangan ilmu dan pengalaman agar tercapai produktivitas kerja. 
Kegiatan Belajar 2
Macam-macam Pelatihan 
Berbagai jenis diklat (Pendidikan dan latihan) diselenggarakan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap pegawai/karyawan untuk penyesuaian tugas yang dipangkunya. Jenis-jenisnya antara lain: 
1. Pendidikan dan pelatihan prajabatan. 
2. Pendidikan dan pelatihan dalam jabatan: 
a. pendidikan dan pelatihan struktural; 
b. pendidikan dan pelatihan fungsional; 
c. pendidikan dan pelatihan teknis. 
Pendidikan dan pelatihan dalam jabatan dibagi lagi dalam: 1) on the Job training (pelatihan dalam pekerjaan) dan 2) off the Job training (pelatihan diluar pekerjaan). Terdapat beberapa jenis pelatihan, yaitu: 
1. Kursus Tani: Membekali sasaran dengan pengalaman belajar yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah, memenuhi kebutuhan yang sudah dirasakan, membekali pengalaman yang berguna bagi pemecahan masalah atau pemenuhan kebutuhan di masa mendatang yang mungkin belum dirasakan. 
2. Magang: merupakan bentuk pelatihan/proses belajar dari seorang atau beberapa orang yang dibimbing oleh orang yang lebih berpengalaman. Bagi petani, magang ke petani lain atau perusahaan agribisnis akan memberikan pengalaman baru yang sangat baik, yang dapat memotivasinya untuk berusahatani yang berorientasi agribisnis, lebih baik dan lebih meng-untungkan. 
3. Sekolah Lapangan: adalah sekolah yang berada di lapangan, mempunyai peserta dan pemandu lapangan, juga mempunyai kurikulum, tes/ujian dan sertifikat tanda lulus. Contoh sekolah lapangan adalah Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT), dengan asas-asasnya: a) sawah sebagai sarana belajar utama, b) cara belajar lewat pengalaman, c) pengkajian agrosistem, d) metode serta bahan yang praktis dan tepat guna, e) kurikulum berdasarkan keterampilan yang dibutuhkan. 
4. P4S (Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya): adalah lembaga pendidikan di bidang pertanian dan pedesaan yang dimiliki dan dikelola langsung oleh petani-nelayan baik secara perorangan maupun berkelompok, dan bukan merupakan instansi pemerintah dengan asas demokrasi, swadaya, pengembangan usaha, dan keterpaduan. 

MODUL 2
PERENCANAAN PELATIHAN 
Kegiatan Belajar 1
Analisis Kebutuhan Latihan dan Investarisasi 
Menurut Rusli Syarif (1987), kebutuhan latihan adalah selisih antara sikap dan keterampilan yang diminta dengan sikap dan keterampilan yang dimiliki, atau selisih yang telah dicapai. Sedangkan analisis kebutuhan diklat adalah penentuan perbedaan antara keadaan yang nyata dan kondisi yang diinginkan dalam kerja manusia pada suatu organisasi yang mencakup: pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Tujuan analisis kebutuhan adalah: 
a. Menggambarkan sifat yang sebenarnya dari suatu diskrepansi/kesenjangan pelaksanaan pekerjaan. 
b. Menentukan sebab-sebab kesenjangan. 
c. Merekomendasikan solusi yang cocok. 
d. Menggambarkan populasi calon peserta. 
Dalam pelaksanaan analisis kebutuhan harus difokuskan pada semua lingkungan kinerja yang meliputi beberapa faktor seperti: lingkungan fisik, sistem balikan, faktor motivasi/insentif, desain pekerjaan organisasi, tingkat keterampilan dan pengetahuan pegawai. Penentuan kebutuhan latihan sebaiknya dilakukan paling sedikit dua bulan sebelum latihan dimulai agar cukup waktu untuk menyusun kurikulum latihan. Untuk membuat daftar keterampilan, dibutuhkan sumber-sumber ahli mata pelajaran, staf ahli, dan dokumentasi teknis. Sementara teknik yang dapat digunakan untuk mengumpulkan datanya antara lain: analisis dokumen, wawancara perorangan/kelompok, wawancara dengan pengawas pekerjaan atau teknik lain yaitu analisis kompetensi. 
Kegiatan Belajar 2
Metodologi/Teknik Pengumpulan Data dan Prioritas Kebutuhan Latihan 
Teknik pengumpulan data yang dapat digunakan untuk memperoleh data tentang jenis-jenis keterampilan yang dibutuhkan dan perlu dilatihkan adalah: 
1) interview pribadi; 
2) survei; 
3) review dokumen; 
4) review secara langsung output kerja; 
5) review langsung pelaksanaan pekerjaan; dan 
6) penelitian. 
Sedangkan teknik yang biasa dilakukan antara lain: 
a) pengamatan di tempat kerja; 
b) wawancara; 
c) memeriksa catatan/laporan hasil kerja; 
d) mengembangkan instrumen pengumpulan data; 
e) melakukan persiapan; 
f) melaksanakan pengumpulan data, dan 
g) mengolah data. 
Dalam menentukan prioritas kebutuhan latihan dilakukan beberapa tahap yaitu: 
1. Dasar penyusunan kebutuhan 
2. Penyusunan kebutuhan 
3. Mendaftarkan komponen yang kurang efisien/kritis 
4. Mendaftarkan persyaratan keterampilan/pengetahuan 
5. Menentukan prioritas kebutuhan. 

MODUL 3
PENYUSUNAN KURIKULUM 
Kegiatan Belajar 1
Tujuan, Fungsi, Komponen, dan Pendekatan Kurikulum 
Pada dasarnya kurikulum diklat sama dengan kurikulum pendidikan di sekolah, yaitu merupakan kumpulan pengalaman dan gagasan yang ditata dalam bentuk kegiatan sebagai proses pembelajaran sedemikian rupa, sehingga pengalaman dan gagasan itu terjalin, disajikan dengan menggunakan metode dan media yang disesuaikan dengan kebutuhan, dengan memperhatikan nilai-nilai yang ada. Diklat fungsional menekankan pada peningkatan penguasaan pengetahuan dan atau keterampilan sesuai dengan keahlian masing-masing. Tujuan kurikulum adalah apa yang harus dicapai, yang merupakan pedoman yang harus dikuasai, dan bagaimana cara melakukannya (menerapkannya). 
Sumber-sumber penyusunan kurikulum: 
1) sumber tujuan kurikulum adalah kebudayaan masyarakat; 
2) sumber tujuan kurikulum adalah individu; 
3) sumber tujuan kurikulum adalah untuk belajar mengumpulkan sebanyak mungkin pengetahuan. 
Ada tiga tingkatan kurikulum yaitu: 
1) Tujuan Nasional; 
2) Tujuan Institusional dan 
3) Tujuan Kurikuler. 
Fungsi kurikulum ada tiga yaitu: 
1) Fungsi Transmisi; 
2) Fungsi Transformasi; 
3) Fungsi Pengembangan Individu. 
Komponen kurikulum mencakup: tujuan, bahan pelajaran, proses belajar-mengajar, dan penilaian. 
Pendekatan kurikulum antara lain: 
1) Pendekatan Pengembangan Kognitif. 
2) Pendekatan Teknologi. 
3) Pendekatan Aktivitas Diri. 
4) Pendekatan Rekonstruksi Sosial. 
5) Pendekatan Rasional Akademik. 
6) Pendekatan Kompetensi Kerja. 
Kegiatan Belajar 2
Langkah-langkah Penyusunan Kurikulum Diklat 
Langkah-langkah penyusunan kurikulum diklat terdiri atas: 
1. Menentukan/merumuskan tujuan: 
o TPU/TIU : Tujuan Instruksional Umum 
o TPK/TIK : Tujuan Instruksional Khusus 
2. Merumuskan Kompetensi. 
Yaitu kompetensi yang diharapkan dikuasai peserta setelah menyelesaikan diklat. Kompetensi ini harus relevan dengan pekerjaan teknis atau pekerjaan fungsional yang bersangkutan. 
3. Menentukan Mata Pelajaran 
Mata pelajaran dirumuskan setelah ditentukan dulu kompetensi yang diharapkan dikuasai oleh peserta. 
4. Menentukan Metode 
Metode mana yang akan digunakan sangat bergantung pada komponen-komponen lainnya seperti tujuan, materi, media yang digunakan dan lainnya. Umumnya metode yang paling baik adalah kombinasi dari metode-metode di atas. 
5. Evaluasi 
Evaluasi perlu dilakukan baik pada peserta diklat, pelatih/widyaiswara maupun penyelenggara diklat untuk perbaikan dan penyempurnaan di masa yang akan datang. 

MODUL 4
PERANCANGAN PELATIHAN 
Kegiatan Belajar 1
Merancang Bangun Kegiatan Pelatihan 
Rancangbangun (desain) suatu pendidikan dan pelatihan dibutuhkan agar program pelatihan yang direncanakan mempunyai kualitas yang memadai dan realistis. Rancangbangun suatu diklat adalah suatu proses perencanaan urutan kegiatan komponen pelatihan yang merupakan suatu kesatuan yang utuh dari program tersebut. Dalam merancang suatu rancangbangun pelatihan khususnya perlu perumusan yang tepat tentang tujuan program yang direncanakan, metode yang akan diterapkan dalam pelatihan tersebut serta format yang dibutuhkan dalam pelatihan. 
Ada 6 (enam) Model Rancangbangun Pendidikan dan Latihan yang dapat digunakan dalam merencanakan pendidikan & latihan, yaitu model: 
1. Depdiknas/Pusdiklat 
2. Horace Reed 
3. Uday Pareek & Roy Lynton 
4. Critical Events 
5. Desain Diklat 
6. Francis Ulschak 
Model-model tersebut pada dasarnya melihat dari aspek tertentu, sehingga pemilihan model yang tepat disesuaikan dengan ciri pendidikan dan latihan yang akan diselenggarakan. Pendekatan Diklat perlu ditentukan sebelum merancang bangun (desain) suatu pelatihan. Pendekatan Diklat terdiri dari 3 (tiga) pendekatan, yaitu (1) model kejadian kritis; (2) pendekatan siklus; dan (3) pendekatan sistem. Masing-masing pendekatan memiliki spesifikasi tersendiri dan untuk merancangbangun suatu pelatihan perlu dipilih salah satu pendekatan yang paling sesuai dengan rancangbangun yang akan dibuat. 
Kegiatan Belajar 2
Merumuskan Tujuan Latihan 
Tujuan belajar dalam suatu latihan merupakan tujuan latihan dalam bentuk kemampuan peserta pada akhir latihan. Dalam proses belajar-mengajar, latihan belajar disebut Tujuan Instruksional Khusus (TIK). TIK yang disusun secara baik akan dapat memberikan manfaat yaitu: 
a. memberikan arah latihan yang jelas, sehingga memudahkan menentukan cara untuk mencapainya. 
b. memungkinkan para pelatih saling membantu secara aktif dan memungkinkan peserta menyiapkan diri lebih baik serta turut bertanggung jawab dalam pencapaian tujuan.
c. memungkinkan komunikasi yang lebih lancar dan lebih efisien antara pelatih, peserta latihan, dan panitia. 
d. dapat menghindari pelayanan atau materi latihan yang tumpang tindih. 
e. dapat memungkinkan peserta latihan belajar lebih efisien, karena mereka dapat mengkonsentrasikan diri pada tujuan yang pasti dan dapat menghemat waktu dengan tidak perlu lagi melakukan yang sudah dikuasainya. 
f. mendudukkan pelatih dalam pelaksanaannya yang tepat sebagai pendidik dan pembina, Ia buka hanya sekedar penerus informasi, melainkan pembimbing dan pemberi fasilitas belajar. 
TIK suatu latihan hendaknya mengacu kepada kemampuan peserta pada akhir latihan, mudah diamati dan terukur. Perumusan TIK harus jelas, menggunakan kata kerja yang sifatnya operasional dengan melibatkan paling tidak 3 (tiga) komponen, yaitu penilaian yang dikehendaki (P, K, dan S), materi yang dibahas dan kondisi. Selain itu TIK harus menempatkan peserta latihan sebagai pokok kalimat. 
Kegiatan Belajar 3
Kegiatan Belajar Dalam Pelatihan 
Dalam setiap kegiatan latihan, perlu menerapkan 5 (lima) prinsip proses belajar, terutama pelatih yang memandu proses belajar-mengajar. Prinsip proses belajar tersebut adalah: 
a. adanya tujuan latihan yang dihayati; 
b. dalam menyajikan materi pelatihan secara berurutan; 
c. dalam penyelenggaraan proses belajar-mengajar hendaknya menguasai perbedaan individu yang dihormati; 
d. pelatihan hendaknya memberi kesempatan kepada peserta untuk berlatih, terutama materi yang praktis, bermanfaat bagi peserta; 
e. pelatih dapat menunjukan segera hasil belajar yang dicapai peserta latihan dan menunjukkan dimana letak benar atau salahnya. 
Aplikasi 5 (lima) prinsip belajar dalam rencana pengajaran dapat dituangkan dengan memperinci/menguraikan secara singkat berturut-turut, tujuan pelatihan. Khusus latihan uraian pendahuluan teori topik yang bersangkutan, peragaan yang dilaksanakan dan prosesnya, latihan bagi peserta serta diskusi dan tanya jawab tentang pokok bahasan. Diakhiri dengan penugasan peserta untuk melakukan hal yang sama (berlatih) dan membuat tulisan berkenaan dengan pokok bahasan. 
Kegiatan Belajar 4
Metode Latihan 
Cara belajar lewat pengalaman atau dikenal juga dengan Siklus Belajar lewat Pengalaman (ELC = Experienced Learning Cycle) banyak diterapkan dalam pelatihan, karena dipandang cocok untuk kondisi kemampuan orang dewasa yang mengalami penurunan. Cara belajar ini dimulai dengan peserta melakukan sesuatu untuk memperoleh pengalaman, mendiskusikan/menulis pengalaman, menggali & mengembangkan prinsip serta melaksanakan & menerapkan prinsip dan kembali ke tahap memperoleh pengalaman kembali. Metode permainan dinamika kelompok adalah cara menyajikan bahan latihan melalui bentuk permainan yang dirancang bagi sekelompok peserta agar mereka dapat menarik hikmah dari peranan yang diinginkan. Pesan yang terkandung umumnya untuk mendinamisasikan kelompok belajar atau pesan yang mengacu kepada pentingnya kelompok dalam bekerja sama. Permainan dinamika kelompok ini ditampilkan pada acara selingan pada saat peserta sudah mengalami penurunan motivasi belajar. Ceramah merupakan metode yang umum diterapkan dalam pelatihan terutama untuk penjelasan-penjelasan yang bersifat pengetahuan & teoretis, sekalipun kurang efektif tetap digunakan oleh sebab itu perlu dilaksanakan ceramah-ceramah yang tepat disertai penggunaan berbagai alat bantu. Demonstrasi cara/hasil merupakan cara yang dapat diterapkan pada latihan yang berorientasi kepada hal-hal yang praktis dan keterampilan. Tujuannya meningkatkan keterampilan peserta dan mengubah perilaku peserta kearah yang dikehendaki. Agar demonstrasi cara & hasil sukses, perlu persiapan pelatih yang matang, terutama hal yang akan diperagakan. Diskusi sering diterapkan dalam latihan dan aneka bentuk diskusi dapat dipilih sesuai dengan tujuan dan keinginan. Diskusi merupakan bentuk pembicaraan yang terarah 2 (dua) orang atau lebih yang membicarakan masalah bersama tertentu serta memilih tujuan yang jelas. Bentuk diskusi yang banyak diterapkan seperti diskusi terpimpin, diskusi kelompok dan sebagainya. Bentuk-bentuk diskusi ini dalam pelaksanaannya umumnya membutuhkan waktu yang relatif lebih lama. Banyak metode lainnya yang banyak digunakan dalam latihan seperti temuan pada tanya jawab, latihan, magang, penugasan dan sebagainya. Metode ini dapat digunakan sepanjang dipandang cocok untuk pelatihan yang diselenggarakan. 
Kegiatan Belajar 5
Langkah-langkah Penyelenggaraan Latihan 
Langkah awal yaitu persiapan latihan yang mencakup baik dibidang surat menyurat, kepesertaan, jadwal, pembiayaan, dan sebagainya (persiapan administratif). Selain itu yang penting juga adalah persiapan edukatif (proses pelatihan) yang mencakup hal-hal seperti pelatih, jadwal kuliah & praktek dan acara pembukaan, penutupan, penugasan, evaluasi, dan sebagainya. Pelaksanaan latihan dimulai dengan perubahan dimana panitia/petugas perlu mempersiapkan acara yang perlu disusun, fasilitas pertemuan dan undangan. Sesudah acara pembukaan dapat dilanjutkan dengan acara seperti penjelasan tentang proses pelatihan, hal dan tanggung jawab/kewajiban peserta dan tes awal (pretest). Pelaksanaan latihan mengacu kepada kurikulum dan silabi, proses pembelajaran yang spesifik pola pelatihan serta jam kuliah & praktek yang direncanakan. Masalah yang muncul selama proses pelatihan perlu diidentifikasi dan segera dicari solusi pemecahannya baik menyangkut kepesertaan, jadwal latihan, fasilitas, dan sebagainya. Sebelum dilakukan acara penutupan, pelatih perlu diakhiri dengan evaluasi akhir (post test) untuk mengukur keberhasilan pelatihan. Surat Tanda Tamat Pelatihan perlu diserahkan pada acara penutupan tersebut. 

MODUL 5
PENYELENGGARAAN PELATIHAN 
Kegiatan Belajar 1
Latihan Partisipatif 
Latihan partisipatif merupakan bentuk pendidikan nonformal khususnya bagi orang dewasa. Latihan partisipatif menempatkan warga belajar atau peserta sebagai subjek pendidikan, keadaan demikian menjadikan peranan pelatih dalam konteks latihan partisipatif berbeda atau berubah apabila dibanding dengan peranan pelatih pada latihan konvensional. Pada latihan konvensional, pelatih dianggap sebagai orang yang mengetahui banyak hal serta sebagai orang yang mampu memecahkan hampir semua persoalan. Sedangkan pada konteks latihan partisipatif, pelatih dipandang sederajat kedudukannya dengan peserta dan oleh karena itu berfungsi sebagai mitra belajar. Dalam kenyataan peran pelatih yang demikian banyak mengundang tanggapan berbagai pihak, yaitu perubahan peran pelatih semacam itu, di dalam praktek amat sukar diperankan. 
Adapun sebab-sebabnya adalah: 
- Belum menghayati asumsi yang digunakan pada latihan partisipatif. 
- Fasilitator belum memiliki visi yang tepat tentang latihan yang diselenggarakan dalam kaitannya dengan masa depan warga belajar. 
Asumsi yang digunakan oleh latihan partisipatif cenderung hanya dihayati oleh fasilitator. Selain itu fasilitator pun perlu memiliki visi yang tepat terhadap penyelenggaraan suatu latihan. Dalam proses belajar-mengajar, hendaknya memanfaatkan pendekatan orang dewasa (andragogi) yang mencakup persepsi diri, pengalaman hidup, kesiapan belajar dan perspektif atau orientasi waktu. Orang dewasa belajar dengan ciri-ciri khusus, dan ini perlu diperhatikan oleh pelatih maupun manajemen pelatihan. 
Kegiatan Belajar 2
Pengorganisasian Latihan 
Agar proses penyelenggaraan pelatihan dapat berjalan lancar, maka diperlukan adanya pengorganisasian latihan, baik sebelum dilaksanakannya latihan (pralatihan), selama pelaksanaan latihan maupun sesudah selesainya latihan (pascalatihan). Pengorganisasian unsur pendukung latihan mencakup unsur-unsur manajemen yang terlibat dalam penyelenggaraan latihan yang terdiri atas unsur sumber daya manusia, sarana, dana, dan lingkungan. Semua unsur pendukung ini perlu dioptimalkan perannya agar pelatihan dapat berjalan secara efektif dan efisien. Untuk itu perlu proses perencanaan, penataan, pemantauan dan evaluasi yang tepat. Dalam usaha mengoptimalkan tujuan, pengorganisasian suatu latihan dapat menggunakan prinsip-prinsip pengorganisasian latihan, yaitu: 
- semua yang terlibat dapat menunaikan tugas masing-masing secara profesional sejak pralatihan, pelaksanaan dan pascalatihan, 
- pengarahan unsur pendukung latihan diarahkan pada tercapainya tujuan latihan, 
- unsur pendukung manusia seperti pelatih, penyelenggara, teknisi, peserta perlu kerja sama dan masing-masing berperan secara tepat. Prinsipnya adalah peserta dipandang sebagai subjek (pelaku) pendidikan bukan objek. 
Ada bermacam-macam bentuk kegiatan latihan, mulai dari pralatihan hingga pascalatihan, baik yang sifatnya ke dalam maupun ke luar organisasi. Untuk itu manajer pelatihan perlu memahami tugas-tugas yang sesuai dengan bentuk kegiatan latihan yang dilaksanakan. 
Kegiatan Belajar 3
Masalah-masalah Dalam Latihan dan Alternatif Pemecahannya 
Dalam suatu pelatihan dapat dijumpai masalah-masalah yang berkaitan dengan teknis penyelenggaraan latihan, masalah ekonomi yang berkaitan dengan aspek finansial (pembiayaan) pelatihan dan masalah sosial yakni yang berkaitan dengan hubungan sosial pelaku latihan maupun dengan lingkungan masyarakat sekitar. Boleh jadi dalam suatu pelatihan dapat muncul masalah teknis, ekonomi, sosial atau gabungan ketiga unsur tersebut. Masalah-masalah tersebut dapat muncul pada saat menjelang latihan (pralatihan), pada saat latihan maupun sesudah latihan (pascalatihan). 
- Masalah pralatihan, ditemukan pada saat pemaparan, dapat mencakup jumlah dan keaktifan peserta. Jumlah peserta dapat terlalu banyak atau sedikit. Ketersediaan pelatih yang kurang memenuhi syarat serta kekurangan jumlah pelatih, dapat juga menjadi masalah dalam pelatihan. 
- Masalah yang muncul selama proses pelatihan, terutama proses pembelajaran perlu diidentifikasi dan dicari secara cepat agar tidak berakibat terhadap efektivitas latihan. Masalah dalam pelaksanaan latihan terutama jika masa pelatihan cukup lama (1-6 bulan) atau lebih, maka semangat mengikuti latihan akan menurun. Untuk itu semua komponen pelatihan dapat melakukan berbagai variasi pelayanan baik dalam acara pelatihan, materi pelatihan maupun pelayanan proses belajar-mengajar, penjadwalan, acara hiburan, dsb. 
- Sesudah latihan, perlu ada tindak lanjut. Masalah yang ditemukan sesudah latihan (pascalatihan) umumnya peserta tidak secara cepat memantau dan mau membantu secara kontinu alumni pelatihan dalam meneruskan materi pelatihan kepada rekan-rekan lainnya. 
Kegiatan Belajar 4
Evaluasi Pelatihan 
Untuk mengukur efektivitas dan efisiensi suatu pelatihan dapat dilaksanakan evaluasi baik menyangkut proses maupun keberhasilan pelatihan. Keberhasilan suatu pelatihan diukur dengan melihat sampai seberapa jauh tujuan yang dirumuskan sebelumnya dapat terwujud pada diri peserta. Evaluasi ini pada dasarnya mengukur efektivitas suatu latihan. Sedangkan evaluasi terhadap proses pelatihan menyangkut proses pelatihan, penyelenggaraan pelatihan, administrasi dan sebagainya. Proses-proses ini pada dasarnya lebih banyak berkaitan dengan efisiensi suatu pelatihan. Proses evaluasi pada dasarnya mencakup tahapan-tahapan seperti membuat daftar tujuan latihan, membuat daftar isu perencanaan yang kritis, mereview tentang informasi yang tersedia, mengembangkan evaluasi tujuan, memilih pengukuran, instrumen dan standar dan merancang studi. Namun secara garis besar evaluasi mencakup 3 (tiga) tahap yaitu melakukan pengumpulan data, menggunakan kriteria tertentu dan membuat kesimpulan atau keputusan. Jenis evaluasi yang digunakan untuk menilai suatu pelatihan pada dasarnya terdiri atas 2 (dua) model yaitu evaluasi sepintas lalu dan evaluasi yang sifatnya ilmiah (penelitian ilmiah). Namun secara luas jenis evaluasi tersebut mencakup (1) evaluasi sepintas lalu; (2) evaluasi diri sendiri; (3) evaluasi dengan daftar isian; (4) evaluasi dengan survai kegiatan; dan (5) penelitian ilmiah. Semakin ke kanan evaluasi dipandang semakin objektif dan sebaliknya. 
Dalam pelatihan cara evaluasi yang banyak dilakukan adalah dengan tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test). Dengan bentuk dan format soal yang sama, proses evaluasi dilaksanakan sesudah pembukaan latihan dan sebelum penutupan latihan. Namun cara lain dapat saja digunakan, disesuaikan dengan pelatihan yang dilaksanakan. 

MODUL 6
PENGEMBANGAN MANAJEMEN PELATIHAN 
Kegiatan Belajar 1
Pengembangan Manajemen Program Latihan 
Pelatihan pada dasarnya merupakan suatu sistem dimana masing-masing subsistem pendukung akan menentukan kelancaran proses latihan maupun efektivitas pelatihan. Fasilitas pendukung atau komponennya terdiri dari perencanaan pelatihan, peserta dan kualifikasinya, kurikulum yang diterapkan, pelatih, kurikulum yang dipakai, sarana & prasarana yang tersedia, pembiayaan yang dibutuhkan serta bagaimana penyelenggaraan latihan dilakukan. Masing-masing unsur pendukung memiliki fungsi sendiri-sendiri, kesemuanya dianggap sama penting dalam mensukseskan suatu pelatihan 
Kegiatan Belajar 2
Teknik Permainan Dinamika Kelompok Dalam Pelatihan 
Acara pelatihan perlu diselingi dengan acara permainan dinamika kelompok terutama setelah beberapa saat proses pelatihan dimana peserta sudah mulai cenderung bosan, kurang perhatian dan tidak dapat berkonsentrasi. Permainan dinamika kelompok ini ditampilkan + 1 jam yang berfungsi untuk acara penyegar latihan yang memiliki makna tertentu. Antara lain perkenalan, pembentukan kelompok kerja, mendinamisasikan komunikasi kelompok, diskusi kelompok, kerja sama kelompok, kepemimpinan kelompok dan pengembangan masyarakat. Dalam acara permainan dinamika kelompok perlu ditampilkan secara sistematis sesuai dengan tahapan pelatihan. Topik dinamika kelompok digolongkan ke dalam/mengacu kepada tujuan yang bersifat perkenalan/pembentukan kelompok, komunikasi, kerja sama, kepemimpinan, diskusi dan penyimpulan. Diusahakan setiap hari dalam pertemuan diadakan acara permainan dinamika kelompok agar motivasi belajar peserta latihan dapat lebih kuat dan lebih semangat dalam belajar. 
Kegiatan Belajar 3
Pemberdayaan SDM Menuju Masyarakat Madani 
Ada beberapa alasan penting untuk memberdayakan masyarakat antara lain penduduk yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, sebagian besar penduduk masih berusaha untuk memenuhi kebutuhan dasar, partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang masih rendah, kurang informasi, kondisi masyarakat yang bervariatif dan lembaga masyarakat yang ada belum berfungsi memberdayakan secara tepat. Agar masyarakat dapat lebih berdaya, yakni yang mandiri serta mampu mengambil keputusan mandiri secara tepat, perlu ada usaha-usaha dari pihak-pihak terkait agar tujuan peningkatan sumberdaya masyarakat dapat terwujud. Apalagi dengan program otonomi daerah yang memberi peluang besar bagi aparat untuk mengerahkan sumberdaya yang tersedia. 



Kesehatan

Asam Folat Cegah Cacat Tabung Syaraf 
Gizi.net - Wanita yang pernah mengalami cacat tabung syaraf (NTD) berisiko tinggi untuk kembali mengalaminya pada kehamilan berikutnya. 

Pernahkah membayangkan bila bayi lahir dalam kondisi tulang belakangnya berlubang atau kepala tak bertempurung? Jelas kondisi itu sangat menakutkan. Masyarakat kerap kali menghubungkannya dengan masalah magis. Tentu saja hal itu tak benar. 

Kondisi tersebut merupakan cacat tabung syaraf (neural tube defect)- NTD. Kelainan janin ini kerap terjadi dan banyak faktor penyebabnya. Kejadian itu berlangsung saat pembentukan janin di dalam kandungan. 

NTD mulai terbentuk pada dua hingga empat minggu usia kehamilan. Sementara itu, kehamilan biasanya baru disadari oleh seorang wanita setelah kandungan berusia lima hingga enam minggu.

''Karena itu, perempuan harus sangat memahami hal ini. Bagi mereka yang ingin hamil sebaiknya kehamilannya dipersiapkan sebaik mungkin. Demikian juga berbagai asupan yang mendukung kehamilannya kelak,'' ujar ahli obstetri dan ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dr Noroyono Wibowo SpOG.

Tentang betapa penting asam folat bagi ibu hamil, Noroyono menjelaskan bahwa NTD pada kandungan disebabkan banyak faktor. Di antaranya faktor keturunan, obesitas, penderita diabetes tipe satu yang tergantung pada insulin, dan penderita epilepsi yang mengonsumsi obat-obatan penghambat asam folat seperti antiepilepsi. Wanita yang pernah mengalami NTD juga berisiko tinggi untuk kembali mengalaminya pada kehamilan berikutnya. 

spina bifida
Tiga jenis NTD yang utama adalah anencephaly (janin tanpa tengkorak kepala), spina bifida (tulang belakang yang tidak tertutup sempurna), dan encephalocele (tonjolan di belakang kepala). Dari ketiga jenis kelainan janin tersebut spina bifida yang paling sering terjadi, sekitar 65 persen.

Sebenarnya NTD bisa dideteksi dengan menggunakan ultra sonografi (USG) ketika janin masih dalam kandungan. USG dilakukan saat kandungan berusia 12-13 minggu. Khusus untuk kasus spina bifida, operasi intrauterin (dalam rahim) untuk menutup lubang pada tulang belakang janin bisa dilakukan saat kandungan berusia 20 minggu. 

Walau begitu, pembedahan pada pasien NTD harus dilakukan berkali-kali. NTD pun sering mendatangkan efek berupa kelumpuhan seumur hidup pada anak, kesulitan mengontrol kencing atau feses, problem dalam proses belajar, hydrocephalus (kepala membesar berisi cairan), alergi, dan meningkatnya masalah kesehatan anak seiring dengan bertambahnya usia.

Mengatasi NTD membutuhkan biaya yang sangat besar. Menurut studi di AS, seorang anak memerlukan biaya sebesar 532 ribu dolar AS selama masa hidup untuk mengatasi NTD.

Fungsi asam folat
Dalam masa pembentukan janin, unsur yang paling utama yang dibutuhkan adalah asam folat. Folat banyak terdapat pada segala jenis sayuran hijau. Di samping itu, asam ini juga banyak terdapat pada buah-buahan (jeruk, alpukat), daging, hati, dan ikan. 

Karena begitu pentingnya asam folat, Noroyono menyarankan agar mereka yang siap untuk hamil mengonsumsi bahan ini. Menurutnya, asam folat perlu diberikan mulai empat bulan sebelum kehamilan. Ini didasarkan pada kenyataan bahwa banyak wanita tidak tahu pasti kapan dirinya akan hamil.

Pada penyakit kardiovaskular, asam folat akan menurunkan kadar homocysteine dalam darah. Tingginya kadar homocysteine berhubungan dengan tekanan darah tinggi, penyakit-penyakit kardiovaskular, dan stroke. Rendahnya kadar folat mempercepat efek buruk zat-zat karsinogen dalam tubuh.

Asam folat berfungsi sebagai antidepressi. Zat ini dapat meningkatkan gairah kejiwaan seseorang. Orang yang kekurangan asam folat cenderung depresi. Kekurangan asam folat juga bisa menyebabkan kerontokan rambut, kelelahan, insomnia, serta kesulitan mengingat. Folat juga terbukti dapat menurunkan risiko kanker payudara pada wanita yang mengonsumsi alkohol. 

Folat tergolong vitamin B yang larut dalam air dan cepat rusak bila terpapar panas. Jadi, untuk mengonsumsinya, dianjurkan tak memasak lebih lama atau menyeduhnya dengan air panas. Ketika mengonsumsi asam folat sebaiknya disertai dengan asupan vitamin C, B12, atau B6 untuk mengoptimalkan penyerapannya dalam tubuh. 

Selain bagi wanita, asam folat juga sangat dibutuhkan oleh kaum pria. Secara umum asam folat juga berguna bagi semua orang. Zat ini memiliki efek positif terhadap berbagai masalah kesehatan, seperti penyakit-penyakit kardiovaskular, kanker, mood disorder atau gangguan gairah kejiwaan, serta mengurangi anemia.




Besarnya Kebutuhan 

Aahli obstetri dan ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dr Noroyono Wibowo SpOG mengungkapkan, mengonsumsi asam folat adalah cara paling murah. Departemen Kesehatan AS, US Department of Health and Human Services, merekomendasikan asupan asam folat sebesar 400 mikrogram per hari bagi semua wanita. Sementara itu, bagi wanita hamil, kebutuhannya semakin tinggi lagi.

Jumlah asupan ini bisa mencegah NTD sebesar 50-70 persen. Sedangkan wanita dengan riwayat NTD sebelumnya memerlukan empat miligram asam folat per hari dan mengonsumsinya empat bulan sebelum kehamilan.

Untuk kebutuhan asam folat harian, memang tak cukup lewat makanan dan asupan sayuran. Karena itu, bentuk asam folat sintetis yang mampu memenuhi kebutuhan hariannya sangat dibutuhkan, apalagi bagi mereka yang hamil. 

Kebutuhan bagi wanita usia subur mengonsumsi 400 mikrogram asam folat sintesis merupakan tambahan dari asam folat alamiah. ''Ini karena daya serap tubuh terhadap asam folat alami yang terdapat pada bahan makanan rendah dibandingkan terhadap asam folat sintesis, yaitu setengahnya,'' sambung Noroyono. 

Karena itu, wanita perlu mengonsumsi asam folat dalam dosis yang besar 400 mikrogram untuk mencegah kekurangan. ''Jangan khawatir, kelebihan asam folat tidak menimbulkan efek samping karena zat ini larut dalam air.''

Kandungan asam folat pada bahan makanan alami, papar Noroyono, hanya sedikit sehingga perlu mengonsumsi makanan tersebut dalam jumlah yang sangat banyak. Karena itu, katanya, cara praktis untuk memenuhi kebutuhan folat adalah melalui suplemen dan makanan berfortifikasi (asam folat sintesis).

Di negara-negara tertentu, salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan asam folat dilakukan melalui fortifikasi (memperkaya) makanan dengan asam folat seperti pada roti. Hal ini belum bisa dilakukan di Indonesia karena harganya yang mahal.

Sumber: Republika Online - Selasa, 13 April 2004 - Penulis : wed



Media Audio Visual

PENDAHULUAN

Oleh : Naroh

Balai Produksi Bahan Pelatihan Audio Visual / BPBPAV adalah suatu UPT/Unit Pelaksana Teknis bidang produksi audio visual, yang berada langsung di bawah Pusdiklat Pegawai, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. 
BPBPAV didirikan sejak 1989 berdasarkan SK Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 24/KPTS/1989 dan diperbarui melalui SK Menteri Kimpraswil Nomor: 399/KPTS/M/2001 dengan Tugas Pokok & Fungsi, memproduksi bahan pendidikan dan pelatihan, penyuluhan dengan media Audio Visual (Video), serta melakukan desiminasi. 
Dengan berlandaskan Tupoksi dan jaminan kualitas SDM yang dimiliki, serta dukungan peralatan maupun sarana prasarana yang ada, BPBPAV siap membantu memenuhi berbagai kepentingan, baik untuk lingkungan internal Departemen Kimpraswil, maupun berbagai instansi external lainnya, seperti Pemerintahan Propinsi, Kabupaten / Kota, Proyek-proyek, BUMN, BUMD, Organisasi Sosial, Perusahaan Swasta maupun Perorangan. 
  
BERBAGAI JENIS LAYANAN
AUDIO VISUAL

A.Layanan Produksi Program Audio Visual/Video 
BPBPAV siap memberikan layanan jasa produksi materi audio visual/ video dalam berbagai format produksi maupun penyajian: 
Format produksi: dokumentasi, bahan expose, instruksional/ pembelajaran, company profile, presentasi, launching, informasi pembangunan, dan lain sebagainya. 
Format penyajian: naratif, presenter, sosio drama, majalah udara, dialog, fragmen, diskusi, simulasi, manasuka, dsb. 


Editing Computer  

Editing Analog   


Kegiatan Shooting  

Studio Rekaman Audio


Dalam kegiatan produksi BPBPAV menggunakan peralatan shooting yang memadai (digital & analog), dan fasilitas studio besar untuk in door shooting / peragaan yang dilengkapi teknik blue screen, studio rekaman suara, studio grafis animasi, studio editing / mixing, dan studio presentasi. Didukung pula oleh tenaga-tenaga ahli dan berpengalaman, antara lain: Skenaris, Sutradara, Kamerawan, serta Kerabat Produksi yang terampil, handal dan profesional dibidangnya masing-masing.  
B.Layanan Pembelajaran dan Pelatihan Audio Visual 
Selain memberi layanan jasa produksi materi audio visual, BPBPAV juga menyelenggarakan program / kursus pembelajaran dan pelatihan audio visual yang meliputi: 
a)Produksi Audio Visual / Video 
1)Penulisan naskah / skenario 
2)Penyutradaraan, dan 
3)Teknik pengoperasian Camera 
4)Editing Computer dan Analog 
5)Grafis Animasi 
b)Fotography 
1)Teknik pengoperasian Still Camera 
2)Proses Kamar Gelap  
Program ini didukung oleh para Instruktur / Praktisi berpengalaman dibidang produksi audio visual (TVRI, LPKJ, TKPK) dan di lengkapi dengan penyediaan berbagai peralatan praktek untuk kegiatan shooting, editing/mixing, rekaman audio, sound effect, ilustrasi musik maupun fasilitas ruang kelas yang representatif. 

Pemilihan Musik & SE

Praktek Shooting


Praktek Editing

Ruang Seminar


C.Layanan Sarana Prasarana dan Kerjasama Pelatihan Audio Visual
a)Layanan Sarana Prasarana 
Dengan sarana dan prasarana yang dimiliki BPBPAV juga melayani kerjasama dalam penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan pelatihan dengan berbagai pihak, baik dari Instansi Pemerintah maupun Swasta. Untuk keperluan jenis layanan ini BPBPAV telah memiliki ruang kelas, asrama, ruang makan, dan ruang Seminar yang cukup representative dan full Air Condition. 
b)Layanan Kerjasama Pelatihan Audio Visual 
BPBPAV juga siap melayani kerjasama pelatihan seluas-luasnya bagi khalayak/masyarakat ilmiah, seperti Civitas Academica / Perguruan Tinggi, SMU / SMK, Instansi Pemerintah, Swasta, Production House, untuk menciptakan pengembangan teknologi audio visual yang saling memberikan nilai tambah. 
c)Layanan Kerjasama Pelatihan Audio Visual 
BPBPAV juga siap melayani kerjasama pelatihan seluas-luasnya bagi khalayak / masyarakat ilmiah, seperti Civitas Academica / Perguruan Tinggi, SMU / SMK, Instansi Pemerintah, Swasta, Production House, untuk menciptakan pengembangan teknologi audio visual yang saling memberikan nilai tambah. 
DAFTAR PUSTAKA


Jonathan Zeitlyn, 1995. Appropriate Media for training and development. TOOL Publication, Netherlands UPL Universitas Press Ltd. Dhaka. 

Studio Driya Media, 1998. Panduan Pengembangan Media Komunikasi. Studio Driya Media Bandung. 

Yandi Bachli, 1999. Media Penyuluhan Pertanian. Diklat APP-GOWA. 

Yurnaldi, Kiat Praktis Jurnalistik, Angkasa Raya Padang 1992. 

Fred Wibowo, 1997. Dasar-Dasar Produksi Program Televisi. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. 

Hudoro Sameto, MBA, 2000., Cara Berbicara dan Presentasi dengan Audio – Visual. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 

Studio Audio Visual Puskat, 1988. Mempergunakan Alat Foto Secara Kreatif. Studio Audio Visual Puskat, Yogyakarta. 

DELIVERI Project, 2000. Laporan Pelatihan Pengembangan Media Bagi Staf Dinas Peternakan (Propinsi dan Kabupaten). 

Budidaya Sedap Malam

BAB. I
PENDAHULUAN

Oleh : Naroh

A.TUJUAN
Tujuan dari pada praktikum budidaya tanaman bunga sedap malam ini adalah untuk meningkatkan keterampilan para mahasiswa dalam usaha tanaman hias terutama tanaman bunga potong. Sehingga para mahasiswa setelah menyelesaikan studinya mampu mengembangkan ilmunya kepada para petani didaerah asalnya.

B.LATAR BELAKANG
Tanaman hias maupun bungaan merupakan salah satu jenis komoditas agribisnis yang mempunyai masa depan yang cerah bagi perkembangan dunia pertanian di masa mendatang.
Salah satu tanaman hias bunga potong yang potensial dikembangkan oleh petani adalah tanaman bunga sedap malam (Poliantes tuberosa L). Perdagangan bunga potong sedap malam tidak hanya pada pasar-pasar domestik tetapi sudah menjadi komoditas ekspor terutama di Eropa maupun di Jepang. Peluang pasar bunga potong sedap malam (Poliantes tuberosa L) di dalam negeri terutama menjelang hari-hari besar dan pada upacara-upacara perkawinan dan pesta-pesta.
Bunga sedap malam sudah menjadi kebutuhan di dalam pesta-pesta untuk menyemarakkan ruangan sehingga permintaan pasar semakin hari semakin meningkat. Peluang pasar ini belum banyak di tangkap oleh para petani terutama petani bunga, kebanyakkan hanya para petani bunga dataran tinggi saja yang mengetahui peluang pasar tersebut. Pada hal tanaman bunga sedap malam bisa dibudidayakan didataran rendah, karena tanaman tersebut mampu tumbuh baik pada ketinggian antara 600 -1500 m dpl.
Peluang budidaya tanaman sedap malam perlu dikenalkan kepada para petani sebagai komoditas usaha agribisnis agar petani tidak hanya menjadi petani subsistem tetapi untuk mendorong agar petani mampu menjadi petani yang handal dibidang agribisnis yang berwawasan untuk mencari keuntungan didalam usahataninya sehingga pendapatannya akan meningkat yang berakibat meningkatkan kesejahteraan hidupnya.























BAB. II
TINJAUAN PUSTAKA

A.TAKSONOMI
Kedudukan tanaman sedap malam dalam tata nama (taksonomi) tumbuhan dIklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotiyledone
Ordo : Amaryllida
Familly : Amarylidaceae atau liliaceae
Genus : Polyanthes
Spesies : Polyanthes tuberosa L
Kerabat dekat dari sedap malam adalah jenis bakung-bakungan (Amarillidaceae). Jenis ini cukup banyak diantaranya bakung biru (Agapanthus aprikanus L), bakung laut (Crinum astatikum), bunga september (Euriclus alba) dan bunga lili (Lilium longiforum).
Susunan tubuh tanaman sedap malam terdiri atas akar, batang sebenarnya (Disus), umbi (batang semu), daun dan tangkai bunga lengkap dengan kuntum bungannya. Sistem perakaran sedap malam menyebar ke segala arah pada radius ke dalaman 40 – 60 cm akarnya bersifat serabut yang keluar dari batang utama (Discus).
Umbi merupakan batang semu yang berubah bentuk dan berfungsi sebagai tempat cadangan makanan. Tiap rumpun tanaman sedap malam terdiri atas beberapa umbi atau satu umbi induk dan juga sekumpulan umbi anakan, biasanya umbi induk berukuran lebih besar, lapisan umbinya (Bulbus) tidak begitu jelas, warna dagingnya putih bersih. Umbi-umbi ini dapat digunakan sebagai bahan perbanyakkan secara vegetatif.
Daun tanaman sedap malam bentuknya panjang dan pipih berwarna hijau mengkilap pada bagiian permukaan atas dan hijau muda pada bagian permukaan bawah daun, pada pangkal daun terdapat bintik berwarna kemerah-merahan. Siklus tanaman sedap malam termasuk semusim atau setahun tetapi dapat tumbuh lebih dari setahun. Pada fase reproduksi akan muncul tangkai bunga dan ujung tanaman (titik tumbuh) yang ukurannya panjang dan beruas-ruas, tiap ruas terdapat daun bunga bentuknya panjang dan pipih dengan ukuran lebih kecil daripada daun biasa (normal).
Tiap tangkai bunga melekat 5 – 12 kuntum bunga atau lebih yang mekarnya tidak bersamaan, warna mahkota bunga putih bersih namun adapula yang berwarna kemerah-merahan. Pemberian nama bunga sedap malam diduga karena bunganya menebar aroma wangi pada malam hari. Bila tangkai bunga sedap malam dipotong bersama kuntum bunga yang sebagian sudah mekar akan mampu bertahan selama 5 – 10 hari. Sedap malam termasuk tanaman yang banyak mengandung air atau skulen (Herbaceaus). Selama siklus hidupnya mengalami beberapa fase pertumbuhan. Sejak umbi ditanam mengalami fase perkecambahan yang berlangsung antara 1 – 2 minggu setelah tanam. Pada umur 3 – 5 minggu daunnya mulai tumbuh kemudian pada umur 16 – 20 minggu setelah tanam pertumbuhan daunnya sudah tumbuh optimal.
Pada umur 24 – 26 minggu mulai keluar tangkai bunga dari ujung tanaman induk, tangkai bunga dibiarkan tumbuh alami hingga kuntum bungannya berguguran maka pada saat yang bersamaan mulai terbentuk umbi anakan, umbi anakan ini tumbuh menjadi tanaman muda pada umur 36 minggu, anakan yang sudah berumur 7 – 9 bulan tidak dapat digunakan sebagai anakan bibit.


B.SYARAT TUMBUH
Tanaman sedap malam dikembangkan didaerah yang memiliki kondisi agroklimat sebagi berikut :
1.Keadaan Iklim
Kondisi iklim yang dikehendaki adalah iklim yang cukup lembab, suhu udara antara 13 – 27 derajat celcius, curah hujan antara 1900 – 2500 mm / tahun dan membutuhkan penyinaran matahari penuh. Daerah yang paling ideal untuk pengembangan sedap malam didataran menengah (medium) sampai dataran tinggi (pegunungan) yaitu mulai ketinggian 600 – 1500 m dpl, meskipun demikian tanaman ini memiliki adaptasi yang cukup luas terhadap lingkungan tumbuh didataran rendah.
2.Keadaan Tanah
Tanah yang dikehendaki oleh tanaman sedap malam adalah tanah yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik tata udara (aerasi) yang baik dan tata air (drainase) yang baik pula. Sedangkan pH yang dikehendaki adalah 5,0 – 5,7.

C.PERBANYAKAN BIBIT
Tanaman sedap malam diperbanyak secara vegetatif dengan umbinya. Persyaratan untuk umbi yang baik adalah :
1.Diambil dari tanaman (rumpun) induk yang tua (lebih dari 2 tahun)
2.Tanaman induk sehat dan sudah berproduksi bunga
3.Umbi telah mengalami masa penyimpanan minimal 1 – 1 1/2 bulan
4.Umbi bibit telah bertunas.

D.PENANAMAN
Penanaman bibit sedap malam dapat dilakukan sepanjang musim asalkan air tanahnya memadai. Cara penanamannya adalah sebagai berikut :
1.Membuat bedengan dengan ukuran lebar 120 cm, panjang sesuaikan dengan keadaan lahan
2.Buat lubang dengan jarak 20 x 20 cm
3.Tanam 1 atau beberapa bibit umbi sedap malam ke daa\lam lubang tanam, letak umbi bibit diatur tegak dengan arah tunas menghadap ke atas
4.Tutup lubang tanam yang telah diisi umbi dengan tanah setebal 7,5 cm dan beri pupuk dasar pada larikan diantara barisan lubang tanam sejauh 10 cm.

E.PEMELIHARAAN
Pemeliharaan bunga sedap malam meliputi sebagai berikut :
1.Penyiraman.
Pada fase awal pertumbuhan umbi perlu penyiraman yang rutin 1 – 2 kali sehari atau tergantung keadaan tanah.
2.Penyulaman
Periode waktu penyulaman sebaiknya seawal mungkin pada umur 5 – 15 hari setelah tanam agar pertumbuhan bibit dapat seragam.
3.Penyiangan
Penyiangan dilakukan pada umur 3 minggu setelah tanam atau tergantung keadaan
4.Pemupukkan susulan
Pemupukkan susulan dilakukan 6 bulan setelah tanam dengan mempergunakan campuran Urea dan SP-36, dipersiapkan untuk memacu pertumbuhan sedap malam menjelang bunga.
5.Pengendalian Hama Penyakit
Hama dan penyakit yang menyerang tanaman sedap malam antara lain hama ulat tanah (Agroptis ipsilon Hufn), belalang (Valanga sp), penyakit layu cendawan (Fusarium sp) dan busuk umbi (Botritis sp). Pengendalian pada tanaman sedap malam dilakukan dengan perpaduan antara cara kultur tehnik, fisik dan mekanik maupun penggunaan pestisida selektif, menerapkan pergiliran tanaman (rotasi), pengolahan tanah secara sempurna, petbaikan drainase tanah, menjaga kebersihan kebun dari gulma, penetapan jarak tanam yang tepat dan berimbang.

F.PANEN DAN PASCA PANEN
Ciri-ciri bunga sedap malam sudah siap panen adalah tanaman berumur 7 – 8 bulan setelah panen dan pad setiap tangkai bunga telah mekar 2 – 3 kuntum bunga. Panen dilakukan pada waktu pagi atau sore hari, pemetikan dilakukan setiap 3 – 7 hari sekali atau tergantung keadaan bunga di kebun yang siap panen. Penanganan pasca panen agar kesegaran bunga dapat dipertahankan cukup lama dengan cara pengumpulan hasil bunga potong dipenampungan sementara setelah itu dilakukan pembersihan, penyortiran, pengikatan, pengemasan dalam keranjang atau karton yang berlubang.













BAB. III
HASIL PENGAMATAN

A.PENGOLAHAN TANAH DAN PEMBUATAN BEDENGAN
Pengolahan tanah dimaksudkan untuk menyuburkan dan menggemburkan tanah serta membuat drainase sehingga keadaan tanah siap untuk pertumbuhan bunga sedap malam. Pembuatan bedengan dimaksudkan untuk memudahkan pemeliharaan tanaman, ukuran bedengan 8 x 1,2 m

B.PEMBERIAN PUPUK DASAR
Pemberian pupuk dasar berupa pemberian pupuk bokhasi sebanyak 15 kg.

C.PENANAMAN
Penanaman dengan menggunakan umbi induk perlubang satu umbi dengan jarak tanam 20 x 40 cm.

D.PEMELIHARAAN DAN PEMBERIAN PUPUK SUSULAN
Pemeliharaan tanaman berupa penyiangan, pembumbunan dan pemberian pupuk susulan. Penyiangan dilakukan pada tanaman berumur 2 minggu, 6 ,minggu, dan 8 minggu setelah tanam sedangkan pemupukkan diberikan pada umur 3 minggu setelah tanah dengan menggunakan pupuk Urea sebanyak 2 kwintal / hektar.

E.PENGAMATAN PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN TANAMAN
Pengamatan dan perkembangan pertumbuhan tanaman dilakukan setiap minggu sekali, sedangkan yang diamati meliputi tinggi tanaman, pertumbuhan tanaman dan jumlah tanaman. Adapun data pengamatan adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Pengamatan Perkembangan Dan Pertumbuhan Tanaman.
No.
Jenis pengamatan
Pengamatan Minggu ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
Rata-rata Tinggi Tanaman (cm)
7,6
9,9
12,8
16,2
18,6
24,3
28,9
34,4
38,7
41,2
2.
Rata-rata Jumlah tanaman (batang)
5
5
5
6
6
6
6
7
7
7













BAB IV
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

A.PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman sedap malam dari minggu pertama sampai minggu ke sepuluh menunjukkan perkembangan yang sangat baik, hal ini dikarenakan adanya pemeliharaan yang intensive. Adapun perkembangan dan pertumbuhan tanaman sebagai berikut :
1.Pertumbuhan tanaman
Dari data hasil pengamatan menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman pada minggu pertama sudah menunjukkan pertumbuhan yang sangat baik (rata-rata tinggi tanaman 7,6 cm) dan terus menunjukkan pertumbuhan yang semakin hari semakin meningkat secara seimbang sebagaimana bisa dilihat dalam grafik pertumbuhan tanaman, yang menunjukkan pada minggu keempat rata-rata tinggi tanaman sudah mencapai 16,2 cm dan pada minggu keenam menunjukkan rata-rata 24,5 cm dan pada minggu kedelapan tinggi tanaman sudah mencapai rata-rata 34,4 cm, dan pada minggu kesepuluh diakhir pengamatan tinggi tanaman mencapai rata-rata 41,2 cm. Sehingga dapat dikategorikan pertumbuhan tanaman berjalan dengan normal dan pada minggu kesepuluh ini sudah terlihat gejala-gejala bahwa tanaman akan mulai berbunga.
2.Perkembangan tanaman
Tanaman sedap malam yang dibudidayakan dalam percobaan praktikum ini menggunakan umbi tanaman. Dari perkembangan tanaman pada minggu pertama sudah tumbuh lima tanaman dalam satu rumpun, sampai dengan minggu ketinga jumlah tanaman tidak bertambah tetapi setelah diadakan pemupukkan susulan tanaman rata-rata bertambah satu batang setiap rumpunnya sampai dengan minggu kedelapan rata-rata bertambah satu batang setiap rumpun.
Hal ini dimungkinkan pada minggu-minggu pertama sampai minggu ketiga tanaman yang tumbuh dikarenakan jumlah tunas pada umbi rata-rata lima tunas sehingga tanaman yang dihasilkan rata-rata dalam satu rumpun lima batang. Pada minggu keempat umbi sudah mulai mengeluarkan tunas-tunas baru sehingga tanaman rata-rata setiap rumpun bertambah satu tanaman. Demikian seterusnya pada setiap rata-rata tiga minggu tunas bertambah satu sampai pada minggu kesepuluh. Diperkirakan sampai dengan minggu ke 20 tanaman pada tiap tiga minggu sekali akan bertambah tanaman baru yang dihasilkan dari umbi, sehingga pada masa pertumbuhan setiap rumpun diperkirakan 12 – 16 batang setiap rumpunnya. Sampai menjelang persiapan berbunga minggu ke 18 – 20 pertambahan anakan tidak akan terjadi lagi, tanaman akan menyiapkan diri untuk pertumbuhan generatif dengan menyiapakan pembentukkan bunga.
Dari data perkembangan dan pertumbuhan tanaman tersebut menunjukkan bahwa tanaman bunga sedap malam adalah tanaman yang sangat mudah untuk dibudidayakan walaupun ditempat dengan ketinggian yang rendah dari permukaan laut dengan syarat pemeliharaan dilakukan dengan baik.

B.KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan yang berdasarkan hasil pengamatan dilapangan menunjukkan bahwa budidaya tanaman sedap malam bisa dilakukan dan dikembangkan pada petani didataran rendah, tetapi perlu dipertimbangkan mengenai pemeliharaan tanaman harus secara intensive. Mengingat tanaman tersebut prospeknya dalam usaha agribisnis sangat baik perlu dikenalkan kepada para petani untuk mendorong usahataninya yang berorientasi off farm menjadi usaha agribisnis yang akan memberikan kontribusi yang lebih bagi para petani.
Mengingat dalam praktikum ini terbatas pada waktu sehingga belum bisa diamati hasilnya (sampai minggu ke 24 – 26), sehingga hasil uji coba belum memuaskan tetapi dari data yang didapat sudah bisa dipakai sebagai kesimpulan bahwa budidaya tanaman sedap malam adalah bisa dilaksanakan oleh petani sasaran penyuluhan.























DAFTAR PUSTAKA
Rahmat Rukmana. 1995. “Budidaya Tanaman Sedap Malam”. Kanisius (Anggota IKAPI) Yogyakarta.

.............. 2004. Majalah TRUBUS. Edisi 144 (Meraup untung dari bertanam bunga sedap malam; hal 20 - 23.