Minggu, 11 Januari 2009

Budidaya Krisan

BAB I
PENDAHULUAN
Oleh: Naroh

Tanaman Krisan (Chrysanthemum sp) merupakan salah satu tanaman hias yang umumnya dibudidayakan dan dikomersilkan dalam bentuk bunga potong dan tanaman dalam pot. Sebagai bunga potong Krisan digunakan sebagai bahan dekorasi dalam bentuk rangkaian besar atau jembangan bunga. Sebagai tanaman pot Krisan banyak digunakan untuk penghias ruangan loby hotel, tanaman border, maupun penghias meja ruangan kantor, restoran serta rumah tinggal.
Tanaman Krisan mudah tumbuh dan berkembang didaerah tropis seperti Indonesia. Meskipun tanaman Krisan merupakan tanaman sub tropis, namun sudah banyak varietas yang telah beradaptasi di Indonesia. Temperatur yang paling baik untuk pertumbuhan tanaman Krisan adalah antara 20 – 260 C (siang hari). Toleransi tanaman Krisan terhadap faktor temperatur untuk tetap tumbuh baik adalah antara 17 – 300 C. Temperatur berpengaruh terhadap pembungaan Krisan. Temperatur yang ideal untuk pembungan yaitu antara 16 – 180 C. Pada temperatur yang tinggi (> 180 C) bunga Krisan cenderung berwarna kusam, sedangakan temperatur yang rendah (< 160 C) berpengaruh baik terhadap warna bunga, karena cenderung semakin cerah.
Tanaman Krisan umumnya membutuhkan kondisi kelembaban udara (RH) yang tinggi. Pada fase pertumbvuhan awal seperti perkecambahan benih atau pembentukkan akar bibit stek diperlukan kelembaban udara antara 90 – 95 %. Tanaman muda sampai dewasa tumbuh dengan baik pada kondisi kelembaban udara 70 – 80 %.
Pembungaan pada temperatur 16 – 180 C dengan kelembaban udara antara 70 – 80 %, maka lokasi yang cocok untuk budidaya tanaman ini adalah didaerah yang memiliki ketinggian antara 700 – 1200 m dpl.

BAB II
METODE PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media tanam terhadap perkembangan dan pertumbuhan bibit (stek) pada tanaman Krisan, sehingga diharapkan akan diperoleh media tanam yang cocok bagi media stek tanaman Krisan. Penelitian dilakukan di kebun praktek Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Jurusan Penyuluahan Pertanian Yogyakarta dengan lokasi di Celeban. Penelitian berupa penanaman stek dalam polybag hitam dengan ukuran diameter kali tinggi (20 x 25 cm) yang diisi dengan media tanam yang berbeda yaitu :
1.Media tanam coco pit
2.Media tanam pasir
3.Media tanam sekam
Masing–masing media tanam tersebut diberi campuran pupuk bokashi dengan perbandingan media dan bokashi (3 : 1). Sebagai pupuk dasar disamping penambahan pupuk bokashi juga diberikan pupuk olahan organik dengan dosis pemupukkan berdasarkan literatur yaitu ZA 75 gram, SP-26 75 gram dan kCl 25 gram dengan perbandingan 3 : 3 : 1 /m2. Sedangkan pada penelitian ini dilakukan dengan polybag maka berdasarkan perhitungan jarak tanam optimal (20 x 20 cm) dalam luasan per meter persegi terdapat 25 tanaman maka pertanaman atau per polybag dosis pemupukkannya adalah ZA 3 gram, SP-26 3 gram dan KCl 1 gram. Media tanaman tersebut merupakan tretment atau perlakuan, pada penelitian ini dan setiap tretment dilakukan ulangan 5 kali (5 sempel) sehingga stek tanaman yang dilakukan pengujian berjumlah 15 batang dan ditambah dengan 5 batang sebagai kontrol.
Polybag yang telah ditanami stek batang Krisan ditaruh dalam sungkup plastik dengan ukuran lebar 80 cm tinggi sungkup 50 cm. Berkaitan dengan sifat tanaman Krisan yang membutuhkan penyinaran dibawah 12 jam/hari, untuk itu pada penelitian ini, lokasi pembuatan sungkup dilakukan pada lahan yang bernaung dan diatur sedemikian rupa sehingga kebutuhan penyinaran matahari dapat terpenuhi secara optimal. Pengaturan letak dipertimbangkan agar sinar matahari dapat menyinari tanaman yang ada dalam sungkup terutama pada pagi hari.
Karena batang stek tanaman Krisan dilakukan dengan melalui pengadaan bukan dari induk tanaman yang sudah diketahui kondisi atau keunggulannya sehingga kondisi demikian merupakan salah satu faktor yang dapat mempenmgaruhi hasil pengujian pada penelitian ini. Diharapkan bahan pokok penelitian ini berasal dari induk yang sehat berjenis sama sehingga tidak terdapat faktor genetik yang dapat mempengaruhi pengujian yang dihasilkan.
Batang stek yang digunakan dalam penelitian ini berupa tunas yang dihasilkan dari tanaman induk setelah dilakukan pemangkasan. Batang stek atau tunas dengan ukuran diameter berkisar antara 3 – 3½ mm dan panjang 5 cm. Sebelum penanaman / penyemaian pada masing-masing pangkal batang diberi rotone F (giberelin acid 3) sebagai perangsang pertumbuhan akar, kemudian ditanam dan dipelihara secara optimal.
Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah prosentase tinggi, kecepatan tumbuh, panjang tunas batang dan jumlah daun. Dari data yang diperoleh akan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan analisa statistik Rancangan Acak Langsng (RAL), dari analisa ini diharapkan dapat diperoleh perbedan secara signifikan dari ke 3 tretment yang diuji.







BAB III
PELAKSANAAN

A.Waktu dan tempat
Penelitian diselenggarakan pada awal bulan April 2005 hingga awal Juni 2005 di area kebun praktek Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Jurusan Penyuluhan Pertanian Yogyakarta yang berlokasi di Celeban.
B.Materi
Penelitian menggunakan batang stek Krisan dengan perlakuan media tanam berupa coco pit, pasir dan sekam dalam polybag yang dilatekkan dalam sungkup plastik. Pengamatan dilakukan pada masing-masing perlakuan yang terdiri dari 20 batang stek.
C.Alat dan bahan
Peralatan dan bahan baik yang diperlukan pada saat persiapan maupun saat pelaksanan kegiatan penelitian adalah sebagai berikut :
Peralatan  
cangkul
palu
sekop
pisau
gunting
ember plastik
Bahan
plastik sungkup
polybag
rotone
batang stek Krisan
pupuk bokashi
sekam

gembor
alat tuis
penggaris
polybag
bak plastik


coco pit
pasir
tali rafia
bambu
paku




BAB IV
HASIL PENGAMATAN

Dari hasil pengamatan selama penelitian tanaman Krisan yamg telah dilakukan mengalami kegagalan disebabkan karena tingginya suhu udara pada saat pelaksanaan penelitian selama 4 minggu setelah tanam. Adapun data pertumbuhan tanaman yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :
Tabel 1. pertumbuhan tanaman
No.
Jenis pengamatan
Minggu ke
1
2
3
4
5
6
1.
Pertumbuhan Tunas 
12
8
-
-
-
-
2.
Rata-rata Panjang Tunas (cm)
0,5
1
1,2
-
-
-
3.
Kematian Tanaman
-
3
12
3
-
-

Tabel 2. pengaruh suhu dan kelembaban terhadap kematian tanaman
No.
Jenis pengamatan
Minggu ke
1
2
3
4
5
6
1.
Suhu rata-rata (0 C)
26
32
32,1
31,6
33,1
29,6
2.
Kelembaban rata-rata (%)
90
82
81
79
70
74
3.
Kematian Tanaman
-
3
12
3
-
-






















BAB V
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

A.PEMBAHASAN
Tanaman Krisan yang paling baik untuk pertumbuhan tanaman, pada kisaran suhu 20 – 260 C pada siang hari sedangkan toleransi tanaman Krisan terhadap faktor temperatur untuk tumbuh baik adalah antara 17 – 300 C. Kelembaban uidara (RH) pada fase pertumbuhan awal baik benih maupun pembentukkan akar pada stek berkisar antara 90 – 95 %. Tanaman muda sampai dewasa tumbuh dengan baik pada kondisi kelembaban 70 – 80 %.
Pada penelitian kali ini, dari data yang dihasilkan menunjukkan bahwa mulai tanaman bertunas suhu rata-rata minggu pertama setelah tanam berada pada 260 C dan kelembaban 90 %. Hal ini masih bisa mempengaruhi pertumbuhan tunas pada tanaman. Sampai pada minggu ke 2 setelah tanam pertumbuhan tunas mencapai 80 % akan tetapi suhu udara semakin naik (320 C) dan kelembaban mulai menurun akibatnya tunas mati dan tanaman belum sempat membentuk akar. Pada minggu ke 3 setelah tanam suhu rata-rata tetap pada posisi 320 C dan kelembaban semakin menurun (80 %) sehingga kematian tanaman semakin tinggi karena tanaman sudak tidak mampu mebentuk akar dan stek menjadi kering. Pada minggu ke 4 setelah tanam suhu tetap pada pisisi 320 C dan kelembaban semakin menurun, stek yang tua berusaha membentuk akar tetapi tidak mampu lagi bertahan terhadap suhu yang tinggi dan kelembaban yang rendah dan pada minggu ke 5 suhu semakin naik dan kelembaban semakin rendah sehingga terjadi kegagalan didalam penelitian ini, semua stek kering dan mati.



B.KESIMPULAN
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa :
1.Tanaman Krisan adalah tanaman yang membutuhkan suhu rendah dan kelembaban tinggi.
2.Kebutuhan cahaya pada tanaman Krisan membutuhkan cahaya pendek tetapi dalam suhu rendah dan kelembaban tinggi sehingga sangat cocok untuk dataran tinggi. Untuk dataran rendah bisa diusahakan pada musim-musim penghujan.
3.Media pasir lebih cepat mempengaruhi terjadinya kematian pada stek karena daya simpan air rendah yang berakibat mempengaruhi kelembaban dan temperatur pada media.
4.Penanaman dalam sungkup harus diletakkan dibawah naungan tetapi masih mendapatkan sinar yang akan berpengaruh pada suhu dan kelmbaban dalam sungkup untuk memperoleh tanaman lebih bertahan hidup.

DAFTAR PUSTAKA
Rukmana Rahmat. 1995. “Budidaya Bunga Potong”.
 Kanisius. Yogyakarta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar