Filosofi Pelatihan.
Oleh: Naroh
Pada hakekatnya setiap individu maupun kelompok selalu dituntut untuk
belajar dan meningkatkan kemampuannya agar dapat mempertahankan
hidupnya, karena dengan belajar akan menghasilkan perubahan, yaitu
didapatnya kemampuan yang baru yang berlaku untuk waktu yang relatif
lama. Salah satu peningkatan kemampuan ataupun proses belajar antara
lain melalui kegiatan pelatihan.
2. Pengertian Pelatihan
- Menurut Inpres Nomor 15 tahun 1974 tentang Pelaksanaan Keppres
Nomor 34 tahun 1972: Pelatihan adalah bagian dari pendidikan yang
menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan
ketrampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang
relatif singkat dan metodenya mengutamakan praktek daripada teori”.
- Berdasarkan Kep. Menkes RI Nomor 725 / Menkes / SK / V / 2003:
Pelatihan adalah proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan
kinerja, profesionalisme dan atau menunjang pengembangan karier
tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
Page 5
5
- Menurut H. John Bernadin dan Joyce E.A. Russel, Mc. Grill Hills,
(1993:297): Pelatihan merupakan beberapa usaha untuk memperbaiki
performance pegawai di tempat kerjanya atau yang berhubungan
dengan hal tersebut. Agar efektif pelatihan harus melibatkan
pengalaman belajar, merupakan rencana organisasi dan dibentuk
untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan. Jadi pelatihan harus
dirancang untuk memenuhi tujuan organisasi yang dihubungkan
dengan tujuan pegawai”.
- Menurut Bambang Wahyudi, (1994 : 125) : Pendidikan atau belajar
merupakan perubahan tingkah laku secara relatif permanen, sebagai
hasil dari pengalaman dan pelatihan yang dilakukannya”. Pemahaman
tentang teori belajar akan sangat berguna dalam menjamin
keberhasilan suatu program pelatihan.
Manajemen Pendidikan Dan Pelatihan (Diklat)
Setiap kegiatan dibidang pendidikan dan pelatihan pada dasarnya
adalah usaha-usaha
untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
ketrampilan, agar menghasilkan kinerja yang berhasilguna dan
berdayaguna. Kegiatan-kegiatan pendidikan dan pelatihan (diklat)
dilaksanakan sebagai upaya untuk menanggulangi kesenjangan dalam
pelaksanaan tugas/pekerjaan yang disebabkan karena kekurang mampuan
manusiawi (humanistic skill), kurangnya kemampuan teknis (technical skill),
atau kurangnya kemampuan manajerial (managerial skill).
Pendidikan dan pelatihan merupakan suatu proses yang berlangsung
seumur hidup, sepanjang kegiatan manusia, yang dilakukan secara sadar.
Proses pendidikan sebagai proses pembelajaran tidak berhenti atau selesai
setelah tamat sekolah atau pendidikan formal. Setiap yang kita lakukan
mengandung unsur belajar. Apa yang kita pikirkan dan lakukan dimasa lalu,
apa yang kita pikirkan dan lakukan pada saat ini dan apa yang kita pikirkan
dan rencanakan untuk masa mendatang, semuanya menunjukkan proses
belajar. Selama ini kita tidak melihat atau menganggap hal itu sebagai suatu
”pengalaman belajar” atau suatu ”situasi belajar” karena pemahaman kita
tentang belajar atau proses diklat telah dibatasi dengan pandangan sempit,
yaitu indentik dengan sekolah atau pelatihan didalam kelas (in the class
room training).
Pandangan yang benar tentang proses belajar, serta pergeseran
paradigma diklat, harus menjiwai pengelolaan diklat atau manajemen diklat.
Dalam pelaksanaannya, sejak awal program diklat harus sudah dirancang
untuk pemenuhan kebutuhan learner. Hal ini sejalan juga dengan prinsip
mutu, yaitu orientasi pada pemenuhan kebutuhan pelanggan.
Page 8
8
B. Pelatihan sebagai suatu proses yang integral.
Pada dasarnya pelatihan sebagai suatu proses yang integral adalah
penerapan dari suatu manajemen pelatihan secara utuh dan konprehensif.
Suatu program pelatihan dikatakan bermutu, apabila pada akhir pelatihan
para mantan peserta latih dapat membawa dampak positif atau mempunyai
nilai tambah bagi organisasi, program dan individu. Selanjutnya untuk dapat
merancang program pelatihan seperti terrsebut diatas diperlukan langkah
langkah sebagai penjabaran dari manajemen pelatihan/diklat yang
merupakan kegiatan dari kelima proses manajemen pelatihan atau lebih
dikenal dengan lima bakso, yang dilakukan secara sistematis, terencana
dan terarah. Langkah langkah tersebut digambarkan dalam siklus berikut
ini.
Langkah 1 : Mengkaji Kebutuhan Pelatihan (Training Need
Assesment / TNA)
Merupakan langkah awal dari suatu perencanaan pelatihan. Pada
prinsipnya, proses pengkajian kebutuhan pelatihan adalah melakukan
pengkajian tentang ada tidaknya kesenjangan dalam penampilan kerja,
Pengkajian
Kebutuhan
Pelatihan
Evaluasi
Program
Pelatihan
Perumusan
Tujuan
Pelatihan
Merancang
Program
Pelatihan
Pelaksanaan
Program
Pelatihan
Page 9
9
yaitu kesenjangan antara apa yang seharusnya dilakukan merupakan
ketentuan penampilan kerja (standar), sedangkan apa yang sebenarnya
dilakukan merupakan tingkat penampilan kerja yang dicapai atau yang
dimiliki. Perbedaan inilah yang disebut sebagai kesenjangan (gap).
Namun tidak selalu setiap ada kesenjangan antara standar dan
penampilan kerja harus diatasi dengan pelatihan. Hal ini sangat
tergantung dari penyebab kesenjangan tersebut.
Oleh karena itu dalam melakukan TNA, langkah kegiatannya dimulai
dengan melakukan Analisis Organisasi atau Institusi, yaitu :
1) Mengindentifikasi masalah organisasi.
2) Merumuskan masalah
3) Menentukan penyebab timbulnya masalah, ada 2 (dua) faktor utama :
a) Penyebab yang diakibatkan oleh faktor kemampuan petugas, dari
segi pengetahuan, ketrampilan dan atau sikap. Faktor inilah yang
dapat diintervensi dengan pelatihan, dan menjadi kebutuhan
pelatihan.
b) Penyebab yang diakibatkan oleh faktor lain seperti lingkungan,
iklim kerja, sarana, fasilitas dan sebagainya. Faktor penyebab ini
tidak dapat diintervensi dengan pelatihan, tapi harus menggunakan
metode pemecahan masalah yang lebih lanjut
Dengan melakukan TNA sebagai langkah awal dalam manajemen diklat
secara benar, berarti diklat yang berorientasi pada kebutuhan
learner/pembelajaran sudah dimulai.
Langkah 2 : Merumuskan Tujuan Pelatihan (Training Objective)
Pada langkah kedua ini, diawali dengan merumuskan secara tepat dan
benar kesenjangan atau gap kinerja yang terjadi, agar menjadi jelas pula
kemampuan apa yang masih harus ditingkatkan. Dengan demikian, tujuan
pelatihan yang ingin dicapai akan dapat dirumuskan secara jelas, terukur
dan dapat dicapai.
Page 10
10
Tujuan pelatihan dirumuskan dalam bentuk kompetensi yang harus
dimiliki oleh peserta latih setelah selesai mengikuti program diklat.
Biasanya dirumuskan dalam Tujuan Umum dan Tujuan Khusus.
Tujuan Umum : Menggambarkan tentang tujuan yang ingin dicapai pada
akhir pelatihan.
Tujuan Khusus : Menguraikan secara lebih spesifik, tujuan yang ingin
dicapai untuk tercapainya tujuan umum pelatihan.
Langkah 3 : Proses Merancang Program pelatihan (Training Design)
Pada langkah ketiga ini, kompetensi yang ingin dicapai sebagaimana
dirumuskan pada langkah kedua, dijabarkan dalam kegiatan operasional
yang dapat diukur. Proses pada langkah ketiga ini harus menghasilkan :
- Kurikulum, yang dirancang atas dasar kompetensi yang harus dicapai
(Competensy Based) diuraikan dalam :
o Materi pelatihan
o Metode Peyampaian dan alat bantu yang diperlukan
o Proses belajar setiap materi
o Proporsi waktu.
- Metode penyelenggaraan pelatihan
- Rancangan alur proses pelatihan.
Langkah
4 : Melaksanakan Program Pelatihan (Training
Implementation)
Pada langkah keempat ini, merupakan rangkaian kegiatan pelaksanaan
program pelatihan, pedoman pada kurikulum, metode penyelenggaraan
dan rancangan alur proses pelatihan. Apabila pelaksanaan langkah
keempat ini tidak sesuai dengan hasil pada langkah ketiga tersebut, maka
tujuan pelatihan dalam hal ini kompetensi yang diharapkan, tidak akan
tercapai.
Page 11
11
Proses melaksanakan program pelatihan, harus didahului dengan proses
persiapan, sehingga menghasilkan antara lain:
- Kerangka Acuan
- Jadwal pelatihan
- Pelatih yang sesuai dengan kriteria
- Kelengkapan sarana dan fasilitas diklat maupun penunjangnya
- Master Training
- Format format yang dibutuhkan.
Proses pelaksanaan pelatihan, pada prinsipnya adalah, implementasi
proses pembelajaran, untuk mencapai tujuan pembelajaran, yang pada
akhirnya untuk mencapai tujuan pelatihan.
Selama proses ini dapat dilakukan kegiatan pemantauan dan
pengendalian, agar tidak menyimpang dari tujuan yang ingin dicapai serta
langkah langkah sebelumnya.
Langkah 5: Melakukan Evaluasi Program Pelatihan (Training
Evalution)
Pada langkah kelima ini, merupakan kegiatan penilaian terhadap
pelaksanaan program pelatihan, meliputi penilaian peserta, pelatih
penyelenggara, serta pencapaian tujuan pelatihan.
Sebenarnya evaluasi harus dilakukan pada setiap langkah dari siklus
pelatihan, tidak hanya pada akhir pelatihan.
Berdasarkan tingkatannya, evaluasi pelatihan dibagi dalam 4 (empat)
tahap (Kirk Patrick), yaitu :
- Evaluasi pada tingkat reaksi.
Pada tingkat ini, yang dinilai/diukur adalah tingkat kepuasan peserta
terhadap proses dan hasil pelatihan yang diperolehnya.
- Evaluasi pada tingkat belajar
Page 12
12
Pada tingkat ini, diukur/dinilai perubahan pengetahuan, ketrampilan
dan sikap peserta latih sesuai dengan kompetensi yang telah
ditetapkan.
- Evaluasi pada tingkat Tingkah Laku dalam pekerjaan (pasca pelatihan)
Pada tingkat ini, dinilai/diukur seberapa besar pengaruh pelatihan
terhadap pekerjaan atau penerapan di tempat kerja.
- Evaluasi pada Tingkat Hasil
Pada tingkat ini, dapat dinilai pengaruh penerapan hasil pelatihan di
tempat kerja terhadap efektif organisasi.
Berdasarkan tahapannya, evaluasi pelatihan dibagi dalam tiga tahap,
yaitu
- Tahap Pra Pelatihan
Pada tahap ini penilaian dilakukan terhadap persiapan atau
perencanaan pelatihan, yang saat ini dikenal sebagai Akreditasi
Pelatihan.
Pelatihan meliputi empat komponen, yaitu :
o Peserta
o Kurikulum
o Pelatih
o Institusi Penyelenggara.
- Tahap Selama Pelatihan
Pada tahap ini dilakukan penilaian terhadap input, proses dan output
selama proses pelatihan sampai akhir pelatihan.
- Tahap Pasca Pelatihan Pada tahap ini, dilakukan penilaian terhadap
hasil dan dampak pelatihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar