Minggu, 11 Januari 2009

TEORI EKONOMI

MEMPERKENALKAN TEORI EKONOMI GANDA
Oleh : NAROH
Nirem. 05.1.4.05.0207

Dari sudut ekonomi, suatu masyarakat dapat ditandai atas dasar jiwa sosial (social spirit), bentuk-bentuk organisasi dan teknik-teknik yang mendukungnya. Ketiga unsur ini saling berkaitan dan dalam kaitannya itu menentukan ciri khas dari masyarakat bersangkutan, dalam arti bahwa jiwa sosial, bentuk organisasi dan teknik yang unggul yang menentukan gaya dan wajah masyarakat bersangkutan. Karena itu, ketiga unsur ini dalam kaitannya satu sama lain dapat disebut sebagai sistem sosial, gaya sosial, atau iklim sosial masyarakat bersangkutan.
Tiap-tiap sistem sosial mempunyai teori ekonomi tersendiri. Teori ekonomi sosial selalu merupakan teori mengenai sistem sosial tertentu. Suatu teori ekonomi sosial walau bisa saja menyebut diri teori umum, dibentuk oleh sejarah masyarakat bersangkutan. Oleh sebab itu teori ekonomi masyarakat ganda atau masyarakat jamak, juga ganda sifatnya, teori itu juga harus menjabarkan dan menerangkan hubungan ekonomi antara dua sistem sosial yang bertentangan. Teori itu akan realistis sifatnya, bukan teori murni, sejauh harus berpijak pada fakta sejarah dan berdasarkan hal itu menyimpulkan “bentuk ideal” nya. Tetapi teori ekonomi masyarakat ganda atau jamak itu sebenarnya adalah tiga teori ekonomi yang menjadi satu. Teori ekonomi masyarakat kapitalis atau sosialis, biasanya disebut teori ekonomi umum atau ringkasnya teori ekonomi sosial, dan teori ekonomi dari hubungan antara dua sistem sosial yang berbeda dalam satu lingkungan masyarakat, yang bisa juga disebut teori ekonomi ganda.
Di India, ahli ekonomi dibedakan menurut aliran lama dan aliran baru. Penggolongan ini terutama didasarkan atas perbedaan dalam kelas sosial yang menjadi titik pusat perhatian para ahli ekonomi bersangkutan. Aliran lama diwakili oleh tokoh-tokoh yang dikenal dengan sebutan Tiga D : Dadabhai Naoroji, W. Digby dan Romesh Chunder Dutt. Mereka adalah tokoh politik sosial, yang berjuang melawan Inggris dan membela rakyat jelata yang hidup di desa. Sebaliknya, aliran baru ditujukan pada kaum muda terpelajar India yang hidup di kota, pada pelopor cara hidup gaya Barat. Pendiri aliran baru ini, Mahadev Govind Ranade, masih menyadari keterbelakangan ekonomi India, terutama dibidang industri, lebih menekankan titik-titik persamaan antara India dan Eropa dan betapa cepatnya India mengejar ketinggalan-ketinggalannya.  
Aliran lama hanya punya satu ahli teori yaitu Radhkamal Mukerjee. Disamping Radhkamal Mukerjee patut pula disebut disini M.K Gandhi. Bukan karena hasil-hasil yang dicapainya di bidang teori ekonomi ganda, tetapi karena dia, lebih tinggi lagi dari Mukerjee, menjadikan susunan masyarakat pra-kapitalis landasan pandangan hidupnya, dan dia mengajarkan bahwa jalan menuju hidup selamat adalah susunan masyarakat pra-kapitalis. Ditemukan kaidah-kaidah sosial-ekonomi yang bertolak belakang sama sekali dengan kaidah-kaidah ilmu ekonomi Barat. Dalam pandangannya ekonomi selalu menduduki tempat nomor dua, ekonomi adalah unsur pengacau dalam tingkah laku manusia. Dia menyatakan diri musuh kapitalis Barat. Dia tidak mengabaikan kapitalisme, tetapi dia menganjurkan agar kapitalisme dibasmi habis sehingga hanya pra-kapitalisme yang tinggal. Barat harus tunduk pada Timur dan melebur diri kedalam pandangan hidup timur, hidup sederhana dan berfikir luhur.
Berbeda dengan di India, yang mempelajari ekonomi Indonesia dari sudut teori, sebagian besar adalah cendekiawan Eropa. Azas-azas ekonomi sosial, dilihat sebagai faal tubuh sosial, seperti halnya dengan semua hukum alam, berlaku hukum bagi semua bangsa di dunia ini. Tetapi, kalau bangsa-bangsa ini kita bedakan menurut tingkat kebudayaan dan situasi politiknya, akan kita lihat bahwa setiap kelompok bergerak atas dasar tata ekonominya sendiri-sendiri dan bahwa setiap sistem teori harus berpijak pada tata ekonominya agar bisa dipakai oleh negeri bersangkutan. Sebagai contoh disebutnya bahwa “tata ekonomi Eropa jauh berbeda dari tata ekonomi di Hindia Belanda”, dan ini dibuktikan dengan empat thesis.
Empat hal berikut ini perlu mendapat perhatian khusus: pertama, filsafat hidup timur diakui sebagai sistem sosial-ekonomi tersendiri; kedua, Jawa dibedakan dari pulau-pulau lainnya; ketiga, pembedaan Barat dan Timur sepenuhnya atas dasar ekonomi, tanpa makna-makna politik; keempat dua kidah teori ekonomi Barat dikatakan tidak berlaku untuk ekonomi Timur, yakni kekurangan yang tak berkesudahan akan alat pemuas kebutuhan, dan kerja sebagai azas utama.
Teori ekonomi murni berpijak pada beberapa azas tertentu, yakni :
a.Kebutuhan tokoh ekonominya terbatas,
b.Sistem yang melandasi kehidupan tokoh ekonominya adalah uang 
c.Landasan kegiatan ekonomi perorangan adalah organisasi dalam bentuk perusahaan.
Ketiga azas ini saling berkaitan.
Ilmu ekonomi ganda pada dasarnya berbeda dari ilmu ekonomi Barat dalam semua segi yang diuraikan diatas. Karena itu dalil-dalil ekonomi Barat tidak atau sebagian saja berlaku di Timur. Uang, modal, pasar, pembentukan harga, pembagian kerja , persaingan, perdagangan dan perusahaan, gelombang kegiatan usaha dan sebagainya pendeknya semua masalah penting dalam teori ekonomi barat tidak ditemukan, atau sedikit saja, dalam masyarakat Timur. Perbedaan yang dikemukakan disini dapat dibuktikan hanya dengan fakta. Fakta ini harus kita teliti, jabarkan, dan telaah. Inilah sebabnya mengapa antropologi budaya perbandingan, ilmu ekonomi primitif dan sosiologi amat penting bagi mereka yang mempelajari ekonomi ganda.
Satu-satunya antithesis yang benar-benar murni dan meyakinkan diungkapkan oleh kata kapitalis dan bukan atau pra-kapitalis.  
Pertama, kita harus menggunakannya dalam arti materialis. Kapitalisme adalah filsafat hidup, pandangan hidup, bukan kumpulan gejala-gejala luar tetapi dorongan mental, yang melahirkan gejala-gejala luar itu.
Antithesis yang diuraikan disini, antara dua tahap sosial-ekonomi yang berbenturan satu sama lain, sifat ganda ini, bisa digambarkan dengan beberapa ungkapan.
Pertama, dapat dirumuskan sebagai antithesis antara kota dan desa (town and village), antara pasar dunia dan ekonomi desa. Ini berbeda sama sekali dari antithesis yang banyak dipakai di dunia Barat, yaitu antithesis antara kota dan pedalaman (town and country), yang menggambarkan perbedaan ciri-ciri industri dan pertanian, karena pertanian Barat yang dimaksud dalam antithesis ini kapitalis sifatnya.
Di pihak lain, desa bersifat pra-kapitalis, bahkan sebenarnya ia unsur khas pra-kapitalisme. Kita orang Barat tidak lagi punya desa dalam arti ini dibagian dunia kita, sedang dalam masyarakat ganda ekonomi desa (village economy) tidak lain dan tidak bukan istilah lain untuk ekonomi pra-kapitalis. Sebaliknya pra-kapitalisme tidak mengenal kota, setidak-tidaknya kalau ciri kota dikaitkan dengan industri, perdagangan dan angkutan, dengan kredit dan bank, dengan pasar dan ekonomi uang.
Hubungan ekonomi Barat dan Timur di Indonesia bersifat Barat karena itu asing bagi sifat-sifat dasar masyarakat Timur. Ini melahirkan akibat-akibat tertentu. Salah satu dari akibat-akibat ini adalah seseorang tidak akan meninggalkan lingkungannya, tempat dia dilahirkan dan dibesarkan, kecuali kalau terpaksa; dia yang telah terbiasa pada bentuk masyarakat dengan susunan ekonomi tertentu tidak akan meninggalkan masyarakat itu kalau tidak terpaksa sekali.
Hubungan ekonomi antara masyarakat Timur dan dunia Barat serta pengaruh hubungan ini pada masyarakat Timur, dan memperbesar kemungkinan bahwa hubungan ini tidak akan banyak membawa manfaat pada jaringan sosial dunia Timur. Inilah sebabnya mengapa masyarakat desa merasa terganggu dan diragukan oleh hubungan ini, berusaha mencegah meluasnya pengaruh Barat itu.
Hubungan ekonomi Timur dan Barat ada dua golongan dalam masyarakat Timur yang harus dibedakan dengan tajam. Pertama, rakyat jelata yang mengadakan hubungan dengan Barat sebagai langkah darurat, tapi tidak mengharapkan dapat manfaat dari situ, dan sementara itu tidak bisa lagi mendapat penghasilan yang memadai untuk hidup dalam lingkungannya sendiri. Kedua, orang yang berusaha keras keluar dari lingkungan rakyat jelata, orang yang memandang masyarakat Barat tanah harapan, yang merasa lingkungannya sudah terlalu kecil untuk mengembangkan kemampuannya, atau yang merasa asing dalam lingkungannya sendiri.
Hubungan ekonomi Barat dan Timur terjadi dalam pasar ganda. Pasar ganda dapat dibedakan atas empat jenis barang yang diperdagangkan dalam pasar bersangkutan. Pasar ganda itu adalah pasar barang, pasar tenaga kerja, pasar tanah dan pasar uang.
Melihat sifat-sifat umum pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan ekonomi ini, kita dapat menyimpulkan bahwa pasar ganda ini memiliki beberapa ciri yang sama. Karena pasar ganda, seperti dikemukakan diatas tadi, bersifat Barat, maka timbul, pertama, masalah jarak yang memisahkan pihak Timur dari pasar bersangkutan. Jarak disini tidak saja dalam arti geografis tetapi lebih dari itu, dalam arti jarak sosial.
Ciri lain lagi dari hubungan dagang ganda ini, yang erat kaitannya dengan ciri diatas tadi ialah pasar terpencar sifatnya (dispersion of matket). Artinya sederhana saja, pihak Timur masih belum mampu memainkan peranan yang diberikan transaksi pasar padanya. Pasar dari sudut ekonomi berarti “persaingan”, kumpulan sejumlah besar orang dan sejumlah besar barang. Pasar selalu bersifat besar-besaran.
Ciri ketiga, yang memperkuat pengaruh pasar terpencar ini adalah tidak ada persaingan. Setiap orang merasa bahwa dia anggota kelompok, anggota masyarakat desa, atau sukunya dan rekan-rekannya dipasar bukan dipandang sebagai pesaing-pesaingnya tetapi sebagai kawan-kawannya. Kalau mereka bekerja di perkebunan atau pabrik, mereka bekerja sebagai satu kelompok, dan dalam mebentuk kelompok ini tidak ada persaingan.
Ciri keempat, tidak ada kepekaan akan tingkat upah dan harga di pihak Timur. Tidak ada yang menuntut harga yang lebih pantas, upah yang lebih tinggi.
Tingkat yang dilalui produksi dalam proses pengembangan bentuk-bentuk organisasi usaha (form of business organization).
1.Industri rumah tangga (household industry) : produksi untuk memenuhi kebutuhan sendiri, tidak ada hubungannya dengan perdagangan atau pembagian kerja.
2.Kerajinan tangan (handicraft) : produksi untuk perdagangan setempat, produsen dan pemakai berhubungan langsung, tanpa perantaraan pedagang; produksi sering atas dasar pesanan; tidak ada persediaan barang jadi.
3.Industri kecil (cottage industry) : produksi untuk pasar, tempat tujuan tidak diketahui, dijual pada pedagang besar, yang menumpuk persediaan barang jadi.
4.Pengolahan (manufactory) : produksi di tempat kerja tersendiri, dibawah pengawasan seorang mandor, ada pembagian kerja teknis tetapi alat-alat yang dipakai belum berarti, tenaga kerja diupah, biasanya ada persediaan barang.
5.pabrik (factory) : produksi besar-besaran satu jenis barang, menggunakan mesin.
6.Kegiatan usaha seperti pabrik tetapi lebih besar : produksi untuk pasar beberapa jenis barang, yang punya persamaan-persamaan, dalam arti atau dari sudut proses produksinya atau bahan mentah yang digunakan.
7.Beberapa kegiatan dibawah satu perusahaan : beberapa kegiatan usaha yang sama sekali berbeda-beda, dari sudut teknologi, misalnya industri yang bahan mentah, industri bahan bakar dan bahan-bahan pembantu lainnya, produksi barang jadi, angkutan, penyaluran dan sebagainya, semuanya bergabung dalam satu perusahaan, pemasaran dan keuangannya dibawah satu tangan.
8.Perusahaan raksasa : suatu organisasi berupa gabungan beberapa perusahaan yang seluruhnya atau sebagian berdiri sendiri, bersifat sama atau tidak.
Dari kedelapan bentuk organisasi usaha ini, empat yang pertama adalah pra-kapitalis dan akpitalis awal, empat yang terakhir kapitalis tinggi. Bahwa dalam masyarakat Timur industri sebagai mata pencaharian pokok, tidak pernah mencapai tahap yang lebih tinggi dari keempat tahap ini. Golongan Timur paling suka industri kecil karena penjualan hasilnya dapat diserahkan pada orang lain.
Cara kerja seperti ini paling menonjol, dan ini disebabkan tidak saja karena modal tidak ada tetapi juga karena orang Timur tidak memiliki kemampuan-kemampuan seperti yang dimilki kaum kapitalis dan bakat berorganisasi.
Beberapa ciri bentuk-bentuk industri Timur :
1.Benci modal
2.Sedikit sekali perhatian pada mutu barang
3.Tidak memiliki kecapakapan berusaha
4.Tidak ada satuan ukur baku (standard) dan kebiasaan memperagakan contoh barang
5.Persediaan tidak kenyal
6.Tidak ada organisasi dan disiplin
7.Spesialisasi setempat dan kolektif (collective local specialisation)
Beda antara masyarakat Timur dan masyarakat Barat menyangkut solidaritas obyektif (objective solidarity) : sampai tingkat apa, dalam bidang apa, kepentingan-kepentingan ekonomi saling terkait. Masyarakat barat adalah satu kesatuan ekonomi, terutama di tanah jajahan : perusahaan-perusahaan penghasil barang ekspor menggunakan pasar yang sama, dilayani perusahaan pelayaran pantai yang sama; dan masing-masing perusahaan, apapun tujuannya, diatur secara terpusat, dan kepentingan semua perusahaan itu saling berkait.
Masyarakat Timur terbagi dalam kelompok-kelompok menurut garis suku bangsa, desa dan garis pembagian lainnya, serta menurut kepentingan sosial lainnya yang terbatas sifatnya. Kecuali kelompok rumahtangga, masyarakat Timur diatas ini dari sudut ekonomi tidak bisa dianggap organisasi. Tentu saja disamping ikatan politik ada lagi ikatan-ikatan yang lain, yang berasal dari penjajahan, hubungan dagang, bahasa dan agama, tetapi ikatan-ikatan ini biasanya tidak melahirkan organisasi ekonomi.
Faktor-faktor kepribadian sebagai penyebab kedudukan lemah pihak Timur dalam berhadapan dengan dunia usaha Barat: sifatnya yang tidak sungguh-sungguh; kecenderungan meremehkan kewajibannya dimasa datang; tidak sabar; tidak berpandangan jauh. Faktor-faktor ini sebagian besar mungkin berpangkal pada faktor-faktor sosial, dan kedua faktor-faktor ini lebih banyak menimbulkan daripada menjawab pertanyaan.

























BEBERAPA PANDANGAN ATAS TEORI EKONOMI GANDA BOEKE

Inti teori itu adalah “sifat sosial ganda adalah pertarungan antara sistem sosial impor dari luar lawan sistem sosial asli yang bergaya tersendiri. Pada umumnya, sistem sosial impor itu adalah kapitalisme tinggi. Tetapi bisa pula sosialisme atau komunisme, atau paduan kedua ini”. Tekanan disini pada pertarungan, antara sistem sosial impor dan sistem sosial asli yang bergaya tersendiri. Masyarakat-masyarakat yang bertarung itu masing-masing punya sistem nilai tersendiri dan ciri-ciri lain yang tersendiri pula.
Boeke kemudian mengatakan bahwa tiap-tiap sistem sosial punya teori ekonomi sendiri-sendiri. Teori ekonomi sosial selalu teori mengenai sistem sosial tertentu. Oleh sebab itu, teori ekonomi masyarakat ganda atau masyarakat jamak, juga ganda sifatnya. Teori itu harus menjabarkan dan menerangkan hubungan ekonomi antara dua sistem sosial yang bertarung. Tetapi teori ekonomi masyarakat ganda atau jamak itu sebenarnya adalah tiga teori ekonomi yang jadi satu. Teori ekonomi masyarakat pra-kapitalis biasanya disebut ilmu ekonomi primitif, teori ekonomi masyarakat kapitalis umum atau ringkasnya teori ekonomi sosial, dan teori ekonomi hubungan dua sistem sosial yang berbeda dalam satu lingkungan masyarakat-masyarakat yang bisa juga disebut “teori ekonomi ganda”.
Menurut Boeke teori ekonomi Barat berlandas pada kecenderungan-kecenderungan masyarakat Barat, yaitu : (a) kebutuhan tokoh ekonominya tidak terbatas, (b) sistem yang melandasi kegiatan tokoh ekonominya adalah ekonomi uang, (c) landasan kegiatan ekonomi perorangan adalah organisasi dalam bentuk perusahaan. Ketiga azas ini kait berkait. Boeke selanjutnya menggambarkan sistem nilai bawah kapitalisme, bahwa “kapitalisme terwujud dalam kecenderungan menjadikan kepentingan pribadi bintang pujaan kita; kebutuhan yang terus bertambah tanpa batas; dalam jual beli; dalam perdagangan dan lalulintas; dan pembedaan tajam antara kegiatan usaha dan rumag tangga dan makin menciutnya rumah tangga; dalam sifat semua hasil produksi adalah untuk diperdagangka; dalam pembagian kerja yang makin berkembang, dan kegiatan pelengkapnya; organisasi dan perencanaan; dalam kontrak dan dalam bentuk perusahaan”.
Di sisi lain berdirilah masyarakat desa pra-kapitalis dengan ikatan sosialnya yang asli dan organik; sistem suku tradisional; kebutuhan yang terbatas dan sederhana; azas produksi pertanian untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan dilakukan oleh keluarga sendiri-sendiri; tidak menggunakan jual beli sebagai jalan untuk memenuhi kebutuhan; tidak ada keinginan mencari laba, bersaing, berusaha bersama, berdagang, menghimpun modal, dan mengembangkan industri pakai mesin; kegiatannya yang tidak teratur, dan sikap memandang remeh dorongan ekonomi, dan mencampur adukan ini dengan dorongan agama, etika, sosial dan tradisional lainnya. Pendeknya, dengan ciri-ciri pra-kapitalis ini, berjuta-juta dunia kecil ini betul-betul bisa dikatakan dunia tersendiri.
Satu segi yang sangat penting teori Boeke adalah bahwa pertarungan antara dua masyarakat bersifat abadi atau tidak berubah, karena itu kita harus benar-benar memahami apa sebabnya, menurut Boeke. Kita dapat menyimpulkan hal-hal berikut ini.
Pertama, barangkali karena organisasi modern diimpor dari luar.
Kedua, berangkali karena organisasi modern itu bersifat kapitalis tinggi, dibandingkan dengan sistem kapitalis awal yang menyerap masyarakat desa Eropa dalam abad yang lalu.  
Ketiga, barangkali karena masyarakat pra-kapitalis di Timur, yang berakar di desa, tidak mampu atau tidak ingin menyesuaikan diri (alasannya tidak diketahui) pada “ kapitalisme Barat yang modern, berdarah muda dan penuh semangat, yang berkembang di kota, dan tidak memberi rekasi apa-apa, rusak dan menjadi lemah, tak mampu menahan kekuatan-kekuatan Barat. Tetapi jumlah masyarakat pra-kapitalis terlalu besar sehingga bila tidak ada pemenang, dan pertarungan itupun berjalan terus berlarut-larut”.
Pertarungan itu dan ketidakmampuan masyarakat desa menyesuaikan diri membawa dua akibat pokok, hutang dan penduduk padat.
Kebiasaan berhutang di desa adalah akibat ketidakmampuan masyarakat pra-kapitalis menyesuaikan diri pada ekonomi jual beli. Sebagian besar rakyat Timur hidup bertani. Pertanian disitu bersifat untuk mememnuhi kebutuhan sendiri, umumnya berdiri di luar sistem jual beli, dan tidak ditujukan untuk mencari uang dan untung.
Kecenderungan berhutang pasti ada sebab-sebabnya yang lain, yang bukan ekonomi sifatnya. Dan Boeke barangkali benar kalau dia mengatakan bahwa iklim desa pra-kapitalis tidak bisa merangsang pertumbuhan accounting mindeddnes (kebiasaan memakai uang sebagai satuan ukur) dikalangan petani. Petani tidak berdaya dihadapan uang. Bagi mereka uang hanyalah salah satu dari sekian banyak benda berharga dan kebetulan bisa digunakan untuk jual beli.
Sikap masyarakat desa pra-kapitalis yang lahir dari sistem memenuhi kebutuhan diri sendiri, karena kebutuhan yang terbatas dan dorongan mencari untung yang terbatas pula, boleh dikatakan tidak terbuka terhadap pemecahan sosial seperti pengembangan industri dan pemindahan penduduk. Seperti kata Boeke : “ pada umumnya, hambatan-hambatan yang dihadapi dalam usaha memindahkan penduduk bersifat sosial dan psikologis. Orang Asia, setidak-tidaknya kaum petani Asia, sudah terbiasa hidup di dataran rendah dan tidak suka tanah pegunungan, kewajibannya pada leluhurnya mengikatnya pada tanah asalnya, rasa kekeluargaanya mengikatnya pada kampung halamannya, dia biasa mengerjakan tanah diairi, dibandingkan dengan golongan penduduk lainnya, dia tidak tahan perubahan iklim, dan diatas semua ini, dia tidak memiliki jiwa usahawan dan dorongan mencari laba karena dia masih dituntun oleh sistem memenuhi kebutuhan diri sendiri.
Kita bahkan mungkin bisa menerima pengakuannya bahwa dia telah menciptakan suatu teori ekonomi khusus untuk masyarakat bersifat ganda, walau ahli-ahli ekonomi yang lain banyak yang tak akan mau melakukan ini. Semua ini tergantung pada apa yang diartikan dengan teori ekonomi. Suatu masyarakat apa dan dimanapun, harus memecahkan, entah bagaimana caranya tigak masalah pokok :
1.Barang apa yang akan diproduksi dan berapa banyaknya.
2.Bagaimana caranya memproduksi barang itu.
3.Untuk siapa barang itu diproduksi.
Hubungan logis antara pertarungan masyarakat pra-kapitalis lawan masyarakat impor kapitalis tinggi di satu pihak, dan soal sifat abadi yang dilekatkannya pada pertarungan itu di pihak lain, tidak jelas dan tidak meyakinkan. Boeke mengatakan sebab-sebab (mungkin) ada tiga : (1) karena masyarakat kapitalis diimpor, (2) karena sistem kapitalis impor itu bersifat kepitalis tinggi, (3) karena masyarakat pra-kapitalis impor itu bersifat atau tidak mau menyesuaikan diri, dan terlalu besar jumlahnya sehingga tidak bisa ditaklukan dan diresap.
Faktor-faktor positif (pendorong) dan faktor-faktor negatif (penghambat) dalam proses menyesuaikan diri dan pembauran budaya :
Pertama, sikap dari budaya “penerima”, apakah mau berbaur atau tidak? penting sekali bahwa masyarakat penerima paham akan masyarakat pemberi.
Kedua, ruang lingkup dan dalamnya hubungan ini. Kalau hubungan itu luas, hampir pasti pembauran akan terjadi.
Ketiga, siapa dalam hubungan ini penting. Kalau kelompok yang maju kemuka dalam hubungan ini bukan kelompot terkemuka dalam mayarakat, atau bukan kelompok teladan, kemungkinannya besar sekali bahwa pembauran tidak akan tersebar.
Proses pembauran budaya dan menyesuaikan diri jelas akan lambat sekali. Jelas tak akan tercapai dalam satu generasi. Tetapi di pihak lain, masalahnya bukan bahwa pembangunan tak akan bisa dijalankan sebelum pembauran budaya tercapai.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar