Sabtu, 10 Januari 2009

Pascapanen Bayam

PASCAPANEN BAYAM
( Alternanthera spp. )

Oleh:

N A R O H
Nirem.05.1.4.05.0207

A.Pengumpulan
Pengumpulan dilakukan setelah panen dengan cara meletakkan di suatu tempat yang teduh agar tidak terkena sinar matahari langsung, karena dapat membuat daun layu.

B.Penyortiran dan Penggolongan
Penyortiran dilakukan dengan memisahkan bayam yang busuk dan rusak dengan bayam yang baik dan segar. Disamping itu juga penggolongan terhadap bayam yang daunnya besar dan yang daunnya kecil. Setelah itu diikat besar-besar maupun langsung degan ukuran ibu jari.

C.Penyimpanan
Penyimpanan untuk menjaga kesegaran bayam dapat diperpanjang dari 12 jam tempat terbuka (suhu kamar) menjadi 12-14 hari dengan perlakuan suhu dingin mendekati 0 derajat C, misalnya dengan remukan es.

D.Pengemasan dan Pengangkutan
Pengemasan (pewadahan) dalam telombong atau dedaunan yang digulungkan menyelimuti seluruh bagian bayam, sehingga terhindar dari pengaruh langsung sinar matahari. Pengangkutan ke pasar dengan cara dipikul maupun angkutan lainnya, seperti mobil atau gerobak.

E.Pencucian
Pencucian hasil panen pada air yang mengalir dan bersih, atau air yang disemprotkan melalui selang maupun pancuran.
F.Penanganan Lain
Bayam dapat diolah menjadi berbagai jenis masakan. Sewaktu memasak bayam ialah tidak boleh terlalu lama. Bayam cukup hanya direbus selama ± 5 menit. Memasak bayam terlalu lama akan menyebabkan daun-daunnya menjadi hancur (lonyoh), rasanya tidak enak, dan kandungan vitamin C-nya menguap (menghilang).

G.Gambaran Peluang Agribisnis
Sampai saat ini pola pemasaran bayam yang berjalan adalah rantai pemasaran tradisional. Petani produsen menjual hasilnya ke leverensir/tengkulak kebun yang ditugaskan oleh leverensir. Leverensir lalu mengirim hasil langsung ke bandar untuk diteruskan ke pasar-pasar kecil sebagai pengecer yang akhirnya sampai ke konsumen. Dapat pula petani produsen langsung menjual hasilnya ke pengecer setempat. Berarti, tata niaga tersebut belum berjalan dengan efisien. Sistem tata niaga dianggap efisien bila mempunyai 2 syarat:
a)Hasil dari pertani diterima konsumen dengan biaya murah.
b)Harga yang dibayarkan konsumen dibagikan secara adil pada semua pihak yang ikut serta dalam memproduksi dan memasarkan hasil tersebut.
Untuk menghitung besarnya hasil yang diterima petani, tidak terlepas dari perhitungan margin dari lembaga tata niaga yang bersangkut paut. Dasar perhitungan marketing margin ialah penyerahan di konsumen akhir dari semua penerimaan untuk saluran yang sama, yakni terhadap 1 kg sayur yang dijual di konsumen akhir. Biasanya bandar dan pengecer mempunyai penerimaan margin terbesar pada tata niaga rantai panjang. Sedangkan untuk tata niaga rantai pendek, petani dan pengecer mendapatkan margin yang cukup besar. Contohnya, margin yang diterima oleh petani dan lembaga tata niaga di daerah Lembang. Pada tata niaga rantai panjang, petani mendapat bagian sebesar 58,6%. Pada tata niaga rantai pendek petani mendapat bagian 88%, sedangkan lembaga tata niaga mendapatkan hanya 12%.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar