Minggu, 11 Januari 2009

Manajemen Pelatihan Pertanian

Oleh: Naroh
A.Pengertian Manajemen Pelatihan 
Secara alamiah orang akan berkembang bersama dengan dunia yang digelutinya, tetapi sering kali pertumbuhan perusahaan atau organisasi menuntut orang berkembang lebih cepat. Sinkronisasi pertumbuhan organisasi dengan perkembangan petugas tidak lain adalah pengisian kesenjangan pengetahuan, keterampilan dan sikap seseorang untuk memenuhi tuntutan jabatan tertentu. Jadi pelatihan adalah proses pengisian kesenjangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap seseorang dengan tuntutan pekerjaannya. Manajemen pelatihan adalah pengelolaan pelatihan yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasinya. 

B.Kegiatan-kegiatan Manajemen Pelatihan 
Kegiatan-kegiatan dalam manajemen pelatihan meliputi: menetapkan sasaran, perencanaan, pelaksanaan, pengecekan/pengawasan dan pengembangan diklat. Perencanaan adalah menentukan kebutuhan latihan berikut rekomendasinya. Menyusun pola dan program latihan sesuai rekomendasi berikut metode dan sarana latihan. Pelaksanaan adalah menyelenggarakan dan melaksanakan latihan. Pengecekan/pengawasan adalah menilai hasil-hasil dari pelaksanaan latihan yang telah dilakukan serta mengetahui apa-apa yang masih perlu disempurnakan. Penelitian dan pengembangan adalah meneliti dan mengembangkan cara-cara latihan sesuai dengan perkembangan ilmu dan pengalaman agar tercapai produktivitas kerja. 

C.Tujuan, Fungsi, Komponen, dan Pendekatan Kurikulum 
Pada dasarnya kurikulum diklat sama dengan kurikulum pendidikan di sekolah, yaitu merupakan kumpulan pengalaman dan gagasan yang ditata dalam bentuk kegiatan sebagai proses pembelajaran sedemikian rupa, sehingga pengalaman dan gagasan itu terjalin, disajikan dengan menggunakan metode dan media yang disesuaikan dengan kebutuhan, dengan memperhatikan nilai-nilai yang ada. Diklat fungsional menekankan pada peningkatan penguasaan pengetahuan dan atau keterampilan sesuai dengan keahlian masing-masing. Tujuan kurikulum adalah apa yang harus dicapai, yang merupakan pedoman yang harus dikuasai, dan bagaimana cara melakukannya (menerapkannya). 

D.Macam-macam Manajemen Pelatihan 
Berbagai jenis diklat (Pendidikan dan latihan) diselenggarakan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap pegawai/karyawan untuk penyesuaian tugas yang dipangkunya. Jenis-jenisnya antara lain: 
1.Pendidikan dan pelatihan prajabatan. 
2.Pendidikan dan pelatihan dalam jabatan: 
a)Pendidikan dan pelatihan struktural; 
b)Pendidikan dan pelatihan fungsional; 
c)Pendidikan dan pelatihan teknis. 
Pendidikan dan pelatihan dalam jabatan dibagi lagi dalam: 1) on the Job training (pelatihan dalam pekerjaan) dan 2) off the Job training (pelatihan diluar pekerjaan). Terdapat beberapa jenis pelatihan, yaitu: 
1.Kursus Tani: Membekali sasaran dengan pengalaman belajar yang dapat digunakan untuk memecahkan kekurangan, memenuhi kebutuhan yang sudah dirasakan, membekali pengalaman yang berguna bagi pemecahan kekurangan atau pemenuhan kebutuhan di masa mendatang yang mungkin belum dirasakan. 
2.Magang: merupakan bentuk pelatihan/proses belajar dari seorang atau beberapa orang yang dibimbing oleh orang yang lebih berpengalaman. Bagi petani, magang ke petani lain atau perusahaan agribisnis akan memberikan pengalaman baru yang sangat baik, yang dapat memotivasinya untuk berusahatani yang berorientasi agribisnis, lebih baik dan lebih meng-untungkan. 
3.Sekolah Lapangan: adalah sekolah yang berada di lapangan, mempunyai peserta dan pemandu lapangan, juga mempunyai kurikulum, tes/ujian dan sertifikat tanda lulus. Contoh sekolah lapangan adalah Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT), dengan asas-asasnya: a) sawah sebagai sarana belajar utama, b) cara belajar lewat pengalaman, c) pengkajian agrosistem, d) metode serta bahan yang praktis dan tepat guna, e) kurikulum berdasarkan keterampilan yang dibutuhkan. 
4.P4S (Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya): adalah lembaga pendidikan di bidang pertanian dan pedesaan yang dimiliki dan dikelola langsung oleh petani-nelayan baik secara perorangan maupun berkelompok, dan bukan merupakan instansi pemerintah dengan asas demokrasi, swadaya, pengembangan usaha, dan keterpaduan. 

E.Merumuskan Tujuan Manajemen Pelatihan 
Tujuan belajar dalam suatu latihan merupakan tujuan latihan dalam bentuk kemampuan peserta pada akhir latihan. Dalam proses belajar-mengajar, latihan belajar disebut Tujuan Instruksional Khusus (TIK). TIK yang disusun secara baik akan dapat memberikan manfaat yaitu: 
1.Memberikan arah latihan yang jelas, sehingga memudahkan menentukan cara untuk mencapainya. 
2.Memungkinkan para pelatih saling membantu secara aktif dan memungkinkan peserta menyiapkan diri lebih baik serta turut bertanggung jawab dalam pencapaian tujuan.
3.Memungkinkan komunikasi yang lebih lancar dan lebih efisien antara pelatih, peserta latihan, dan panitia. 
4.Dapat menghindari pelayanan atau materi latihan yang tumpang tindih. 
5.Dapat memungkinkan peserta latihan belajar lebih efisien, karena mereka dapat mengkonsentrasikan diri pada tujuan yang pasti dan dapat menghemat waktu dengan tidak perlu lagi melakukan yang sudah dikuasainya. 
6.Mendudukkan pelatih dalam pelaksanaannya yang tepat sebagai pendidik dan pembina, Ia buka hanya sekedar penerus informasi, melainkan pembimbing dan pemberi fasilitas belajar. 
TIK suatu latihan hendaknya mengacu kepada kemampuan peserta pada akhir latihan, mudah diamati dan terukur. Perumusan TIK harus jelas, menggunakan kata kerja yang sifatnya operasional dengan melibatkan paling tidak 3 (tiga) komponen, yaitu penilaian yang dikehendaki (P, K, dan S), materi yang dibahas dan kondisi. Selain itu TIK harus menempatkan peserta latihan sebagai pokok kalimat. 

F.Langkah-langkah Penyelenggaraan Manajemen Pelatihan 
Langkah awal yaitu persiapan latihan yang mencakup baik dibidang surat menyurat, kepesertaan, jadwal, pembiayaan, dan sebagainya (persiapan administratif). Selain itu yang penting juga adalah persiapan edukatif (proses pelatihan) yang mencakup hal-hal seperti pelatih, jadwal kuliah & praktek dan acara pembukaan, penutupan, penugasan, evaluasi, dan sebagainya. Pelaksanaan latihan dimulai dengan perubahan dimana panitia/petugas perlu mempersiapkan acara yang perlu disusun, fasilitas pertemuan dan undangan. Sesudah acara pembukaan dapat dilanjutkan dengan acara seperti penjelasan tentang proses pelatihan, hal dan tanggung jawab/kewajiban peserta dan tes awal (pretest). Pelaksanaan latihan mengacu kepada kurikulum dan silabi, proses pembelajaran yang spesifik pola pelatihan serta jam kuliah & praktek yang direncanakan. Kekurangan yang muncul selama proses pelatihan perlu diidentifikasi dan segera dicari solusi pemecahannya baik menyangkut kepesertaan, jadwal latihan, fasilitas, dan sebagainya. Sebelum dilakukan acara penutupan, pelatih perlu diakhiri dengan evaluasi akhir (post test) untuk mengukur keberhasilan pelatihan. Surat Tanda Tamat Pelatihan perlu diserahkan pada acara penutupan tersebut. 

G.Kekurangan dan Masalah Dalam Manajemen Pelatihan Serta Alternatif Pemecahannya.
Dalam suatu pelatihan dapat dijumpai masalah-masalah yang berkaitan dengan teknis penyelenggaraan latihan, masalah ekonomi yang berkaitan dengan aspek finansial (pembiayaan) pelatihan dan masalah sosial yakni yang berkaitan dengan hubungan sosial pelaku latihan maupun dengan lingkungan masyarakat sekitar. Boleh jadi dalam suatu pelatihan dapat muncul masalah teknis, ekonomi, sosial atau gabungan ketiga unsur tersebut. Masalah-masalah tersebut dapat muncul pada saat menjelang latihan (pralatihan), pada saat latihan maupun sesudah latihan (pascalatihan). 
1.Masalah pralatihan, ditemukan pada saat pemaparan, dapat mencakup jumlah dan keaktifan peserta. Jumlah peserta dapat terlalu banyak atau sedikit. Ketersediaan pelatih yang kurang memenuhi syarat serta masalah jumlah pelatih, dapat juga menjadi masalah dalam pelatihan. 
2.Masalah yang muncul selama proses pelatihan, terutama proses pembelajaran perlu diidentifikasi dan dicari secara cepat agar tidak berakibat terhadap efektivitas latihan. Masalah dalam pelaksanaan latihan terutama jika masa pelatihan cukup lama (1-6 bulan) atau lebih, maka semangat mengikuti latihan akan menurun. Untuk itu semua komponen pelatihan dapat melakukan berbagai variasi pelayanan baik dalam acara pelatihan, materi pelatihan maupun pelayanan proses belajar-mengajar, penjadwalan, acara hiburan, dsb. 
3.Sesudah latihan, perlu ada tindak lanjut. Masalah yang ditemukan sesudah latihan (pascalatihan) umumnya peserta tidak secara cepat memantau dan mau membantu secara kontinu alumni pelatihan dalam meneruskan materi pelatihan kepada rekan-rekan lainnya. 

H.Kelebihan Dalam Manajemen Pelatihan
Kelebihan dalam pelatihan dilihat dengan cara belajar lewat pengalaman atau dikenal juga dengan Siklus Belajar lewat Pengalaman (ELC = Experienced Learning Cycle) banyak diterapkan dalam pelatihan, karena dipandang cocok untuk kondisi kemampuan orang dewasa yang mengalami penurunan. Cara belajar ini dimulai dengan peserta melakukan sesuatu untuk memperoleh pengalaman, mendiskusikan/menulis pengalaman, menggali & mengembangkan prinsip serta melaksanakan & menerapkan prinsip dan kembali ke tahap memperoleh pengalaman kembali.

I.Evaluasi Manajemen Pelatihan
Untuk mengukur efektivitas dan efisiensi suatu pelatihan dapat dilaksanakan evaluasi baik menyangkut proses maupun keberhasilan pelatihan. Keberhasilan suatu pelatihan diukur dengan melihat sampai seberapa jauh tujuan yang dirumuskan sebelumnya dapat terwujud pada diri peserta. Evaluasi ini pada dasarnya mengukur efektivitas suatu latihan. Sedangkan evaluasi terhadap proses pelatihan menyangkut proses pelatihan, penyelenggaraan pelatihan, administrasi dan sebagainya. Proses-proses ini pada dasarnya lebih banyak berkaitan dengan efisiensi suatu pelatihan. Proses evaluasi pada dasarnya mencakup tahapan-tahapan seperti membuat daftar tujuan latihan, membuat daftar isu perencanaan yang kritis, mereview tentang informasi yang tersedia, mengembangkan evaluasi tujuan, memilih pengukuran, instrumen dan standar dan merancang studi. Namun secara garis besar evaluasi mencakup 3 (tiga) tahap yaitu melakukan pengumpulan data, menggunakan kriteria tertentu dan membuat kesimpulan atau keputusan. Jenis evaluasi yang digunakan untuk menilai suatu pelatihan pada dasarnya terdiri atas 2 (dua) model yaitu evaluasi sepintas lalu dan evaluasi yang sifatnya ilmiah (penelitian ilmiah). Namun secara luas jenis evaluasi tersebut mencakup (1) evaluasi sepintas lalu; (2) evaluasi diri sendiri; (3) evaluasi dengan daftar isian; (4) evaluasi dengan survai kegiatan; dan (5) penelitian ilmiah. Semakin ke kanan evaluasi dipandang semakin objektif dan sebaliknya. 
Dalam pelatihan cara evaluasi yang banyak dilakukan adalah dengan tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test). Dengan bentuk dan format soal yang sama, proses evaluasi dilaksanakan sesudah pembukaan latihan dan sebelum penutupan latihan. Namun cara lain dapat saja digunakan, disesuaikan dengan pelatihan yang dilaksanakan.

J.Pemberdayaan SDM Menuju Masyarakat Madani
Ada beberapa alasan penting untuk memberdayakan masyarakat antara lain penduduk yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, sebagian besar penduduk masih berusaha untuk memenuhi kebutuhan dasar, partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang masih rendah, kurang informasi, kondisi masyarakat yang bervariatif dan lembaga masyarakat yang ada belum berfungsi memberdayakan secara tepat. Agar masyarakat dapat lebih berdaya, yakni yang mandiri serta mampu mengambil keputusan mandiri secara tepat, perlu ada usaha-usaha dari pihak-pihak terkait agar tujuan peningkatan sumberdaya masyarakat dapat terwujud. Apalagi dengan program otonomi daerah yang memberi peluang besar bagi aparat untuk mengerahkan sumberdaya yang tersedia. Dengan demikian maka perluh diadakannya pelatihan-pelatihan agar dapat memberikan motivasi kepada masyarakat terutama kepada masyarakat pertanian. 

PUSTAKA
Copyright © 2007 PUSLATA UNIVERSITAS TERBUKA. All rights reserved   
Jl. Cabe Raya, Pondok Cabe 15418 Tangerang, BANTEN – INDONESIA
http:/pustaka.ut.ac.id/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar